Di wilayah Wonogiri selatan tercatat ada ratusan luweng atau sumur dalam vertikal. Dari jumlah itu sekitar 50-an buah termasuk berukuran besar.
Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto kepada detikcom melalui sambungan telepon, Rabu (3/3/2021), membeberkan, ratusan luweng tersebar di wilayah Wonogiri selatan. Meliputi Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Eromoko, Giriwoyo, Manyaran, dan Giritontro.
Hingga saat ini masih ada luweng yang diperkirakan hilang atau tertimbun sedimentasi. Namun belum diketahui jumlah pastinya. Sejumlah daerah seperti Kecamatan Pracimantoro, masih berupaya mencari keberadaannya dengan bantuan alat berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luweng yang besar berukuran diameter lebih dua meter. Tidak diketahui berapa kedalaman atau panjang dari luweng yang besar-besar itu. Salah satunya berada beberapa ratus meter dari simpang empat Kecamatan Pracimantoro. Luweng di tempat ini tidak tertutup atau tertimbun tanah dan masih bisa mengalirkan air.
"Sebagian mulut luweng sudah diberi penyaring sampah dari anyaman besi, sebagian lagi belum dipasangi," jelas Bambang.
Menurut dia, luweng berfungsi mengalirkan air di kawasan karst. Masyarakat sekitar diminta untuk menjaga agar tidak tertimbun atau tersumbat sampah maupun sedimentasi. Supaya drainase alami ini berfungsi dengan baik.
"Beraktifitas di sekitar luweng itu berbahaya, kita tidak tahu batuan di sekitarnya mudah lapuk atau tidak, kemudian ketika terjadi gempa rawan runtuh atau tidak. Selain itu belum diketahui berapa kedalaman atau panjang dari luweng itu," tandas dia.
Tak Direkomendasikan untuk Wisata
Pihaknya sangat tidak merekomendasikan penggunaan luweng untuk keperluan wisata. Sampai saat ini tidak ada kegiatan pariwisata memanfaatkan luweng di Wonogiri. Sosialisasi seperti ini diselipkan melalui pemerintah desa atau relawan desa tanggap bencana (destana). Dimana sebagian besar desa di Wonogiri telah terbentuk destana.
"Kalau luweng yang dimanfaatkan selain drainase alami, ada di Luweng Songo Desa Sumberagung Kecamatan Pracimantoro. Pemanfaatannya untuk pengadaan air bersih, di dalam Luweng Songo ada sungai bawah tanah yang diambil airnya melalui penyedotan mesin. Hanya itu, kalau untuk keperluan pariwisata tidak ada dan kami tidak merekomendasikan," tegas dia.
Terkait tersumbatnya luweng di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito hingga memicu terjadinya genangan, menurut dia semestinya dilakukan langkah pengecekan semua mulut luweng, terutama yang berpotensi rawan terjadi sumbatan. Misalnya sekitar 100 meter sisi barat lampu merah Pracimantoro. Secara bertahap mulut luweng dipasangi penyaring.
Selanjutnya: bagaimana proses terjadinya luweng?
Simak juga 'Pantai Sembukan, Pantai Cantik Di Kabupaten Wonogiri':
Bambang juga menerangkan, mulut luweng harus bersih dari segala sumbatan. Misalnya sampah, daun dan ranting kering, batu, tanah, dan sejenisnya atau sedimentasi. Secara prinsip, luweng merupakan aliran pembuangan air yang tercipta secara alami.
"Ketika mengalami penyumbatan aliran air, tanah, sampah, daun dan ranting kering atau sedimen, akibatnya air tidak bisa mengalir lancar dan bahkan menggenang di sekitarnya," ujar dia.
Proses Terjadinya Luweng
Bambang menjelaskan, luweng terbentuk secara alami. Terjadi dari proses pelapukan bebatuan di kawasan karst. Proses ini bisa berlangsung dalam waktu sangat lama.
"Bebatuan karst lapuk dan larut, dengan bantuan air terus berlangsung kemudian terciptalah saluran dalam tanah berupa luweng itu," papar dia.
Luweng ada yang berukuran besar, ada yang kecil. Ada yang awalnya berbentuk vertikal beberapa meter kemudian menjadi horizontal. Namun belum bisa diketahui berapa kedalaman atau panjang luweng di Wonogiri.
Terpisah Camat Giritontro, Fredy Sasono menuturkan lubang luweng sudah dianggap satu hal yang biasa. Sebab, di wilayahnya banyak terdapat luweng. Sehingga masyarakat dengan sendirinya sudah memiliki sikap waspada.
Sementara, Camat Pracimantoro, Warsito, berujar, banjir akibat genangan air hujan yang tak bisa mengalir lantaran luweng tersumbat, beberapa kali terjadi di wilayah Kecamatan Pracimantoro. Kendati telah dilakukan pembersihan secara kontinyu, air yang datang kadang membawa serta material penyumbat.
Seperti yang terjadi Desa Pucung, Kecamatan Eromoko, Wonogiri, Rabu (3/3), akibat saluran luweng tersumbat beberapa rumah terendam. Tanaman padi siap panen turut terendam.
Bambang Haryanto mengatakan, peristiwa dipicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dengan durasi lebih dari satu jam.
Dampak akibat banjir luweng sejumlah rumah di Dusun Brengkut RT 1 RW 11 dan Dusun Gundi RT 1 RW 13 sempat terendam dengan ketinggian sekitar 20 hingga 40 sentimeter. "Kondisi rumah yang masih terendam saat ini sebanyak 4 unit, sementara para penghuni mengungsi di rumah tetangga terdekat," jelas dia.
"Kami lihat nanti, bisa dibuang tidak airnya. Jika bisa secara otomatis kami lakukan penyedotan. Karena tidak semua banjir akibat luweng yang tersumbat bisa disedot. Kalau letaknya sulit dan tidak bisa dibuang, harus menunggu hingga surut," ujar Bambang, Kamis (4/3/2021).
Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian tersebut. Taksir kerugian dari pendataan sementara lebih dari Rp 100 juta.