Ada Jalan Tagore di Solo, Ada Kaitan dengan Filsuf Rabindranath Tagore?

Ada Jalan Tagore di Solo, Ada Kaitan dengan Filsuf Rabindranath Tagore?

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Minggu, 07 Feb 2021 19:41 WIB
Jalan Tagore di kawasan Terminal Tirtonadi Solo. Ruas jalan ini mengabadikan nama filsuf India Rabindranath Tagore.
Jalan Tagore di kawasan Terminal Tirtonadi Solo (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Solo -

Satu ruas jalan kecil di sekitar Terminal Tirtonadi Solo memiliki nama unik, Jalan Tagore. Ternyata nama jalan tersebut menjadi saksi sejarah bahwa Kota Solo pernah didatangi oleh sastrawan peraih nobel sekaligus seorang filsuf asal India, Rabindranath Tagore. Seperti apa kisahnya?

Tagore memang pernah berkunjung ke Solo atas undangan Raja Mangkunegara VII pada 1927. Dia saat itu juga berkunjung di beberapa tempat di Indonesia, antara lain Bali dan Jakarta.

Penulis buku sejarah dari Pura Mangkunegaran, Daradjati (81), mengatakan Tagore saat itu menghadiri acara Java Institute. Java Institute adalah organisasi yang dibentuk untuk memajukan kebudayaan Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat itu Tagore diminta untuk memberi ceramah dalam forum Java Institute. Karena kebudayaan Jawa kan erat dengan Hindu dan India," kata Daradjati, saat dihubungi detikcom, Sabtu (6/2/2021).

Dalam kunjungannya, Tagore disambut meriah karena merupakan tokoh dunia. Di Solo, dia juga diminta meresmikan satu ruas jalan yang diberi nama dirinya. Dahulu, Jalan Tagore disebut-sebut memiliki ruas yang panjang.

ADVERTISEMENT

"Sekarang jalan itu diganti bernama MT Haryono. Lalu Jalan Tagore digeser ke timur. Sekarang tinggal satu ruas pendek di belakang terminal, tidak dihilangkan," kata keturunan dari Mangkunegara IV itu.

Pengagum Tagore

Mangkunegara VII sendiri diketahui merupakan orang yang mengagumi pemikiran dan sosok Tagore. Selain sebagai sastrawan, Tagore juga menyebarkan gerakan teosofi.

Teosofi saat itu juga telah masuk ke Indonesia. Bahkan beberapa tokoh pergerakan Indonesia disebut-sebut masuk ke dalam organisasi teosofi itu.

"Tokoh-tokoh teosofi Indonesia itu seperti Radjiman, Ciptomangunkusumo. Kalau Mangkunegara VII tidak masuk organisasi, tetapi beliau memang simpatisan," kata Daradjati.

Peran tangan kanan Mangkunegara VII

Kesediaan Tagore menerima undangan Mangkunegara VII tidak terlepas dari peran tangan kanannya, yaitu Noto Suroto. Noto Surotolah yang memiliki kedekatan dengan Tagore.

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, pernah melakukan penelitian tentang sosok Noto Suroto. Menurutnya, Noto memang pernah beberapa kali bertemu dengan Tagore dan menulis buku tentangnya.

Selengkapnya soal sosok tangan kanan Mangkunegara VII penghubung Solo dengan Rabindranath Tagore...

Suryo Suparto, nama lain Mangkunegara VII, banyak mengenal pemikiran Tagore dari Noto Suroto. Dari situlah peristiwa kedatangan Rabindranath Tagore di Solo terwujud.

"Dia beberapa kali ketemu Tagore, menulis buku tentang Tagore, sampai balik ke Jawa. Di sini dia tidak dapat tempat, akhirnya diterima Mangkunegara VII menjadi sekretaris," kata pria yang akrab disapa Titus itu.

Kedatangan Rabindranath Tagore di Mangkunegaran.Kedatangan Rabindranath Tagore di Mangkunegaran. Foto: dok. Istimewa

Noto Suroto sendiri adalah sosok kontroversial. Dia adalah sastrawan yang juga turut bergerak memperjuangkan Indonesia dengan pemikirannya.

Menurutnya, dalam kemerdekaan Indonesia harus dibarengi dengan perbaikan sosial ekonomi terlebih dahulu. Sementara para tokoh pergerakan lain pada masa itu menginginkan revolusi dengan konsekuensi mengorbankan darah.

"Dia membuat konsep asosiasi, pertemuan Belanda dan Indonesia, makanya dia dianggap pengkhianat oleh teman-teman Indonesia dan dianggap musuh oleh Belanda. Pemikiran Noto ini banyak dipengaruhi Tagore dan Mahatma Gandhi," kata Titus.

Setelah Mangkunegara VII mangkat, posisi Noto Suroto tersingkir. Apalagi saat itu dirinya sudah mengalami sakit-sakitan karena penyakit komplikasi.

"Anak istri Noto ini orang Belanda, karena dia lama tinggal di sana. Anak sempat menjenguk ke sini sebelum meninggal. Noto suroto meninggal dalam kesepian, kemelaratan dan dilupakan orang," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads