Gerakan Jateng di Rumah Saja yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dinilai tidak akan signifikan menurunkan angka kasus COVID-19. Hal tersebut diungkapkan oleh dokter sekaligus akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD.
Tonang mengatakan gerakan 'Jateng di Rumah Saja' selama dua hari bukanlah waktu yang cukup untuk memutus rantai penularan COVID-19. Bahkan sekalipun dua hari itu seluruh masyarakat tidak keluar rumah, tidak ada jaminan terhadap penurunan kasus COVID-19.
"Kalau hanya dua hari tidak akan cukup. Secara teori itu 2x14 hari, bahkan 3x14 hari. Tetapi itu sangat berat dilakukan," kata Tonang kepada wartawan, Jumat (5/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalaupun nantinya terjadi penurunan pasca 'Jateng di Rumah Saja', Tonang menilai ada penyebab lain yang membuat angka menurun. Menurutnya, dua hari di rumah hanya sebagai shock therapy agar masyarakat kembali patuh dengan kewajiban menegakkan protokol kesehatan.
"Dua hari itu mungkin shock therapy saja. Dulu saat Wali Kota Solo menyatakan KLB (kejadian luar biasa), kota jadi sepi, tapi sekarang dilakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) tapi sama seperti hari-hari biasa," ujar dokter spesialis Patologi Klinik itu.
Dengan kondisi penularan COVID-19 yang terlanjur tinggi, Tonang menyarankan agar protokol kesehatan dilaksanakan secara ketat mulai dari diri sendiri. Menurutnya dari anjuran protokol kesehatan, ada dua yang betul-betul krusial.
"Yang paling krusial itu memakai masker dan mencuci tangan. Kalau menjaga jarak atau menghindari kerumunan kadang memang kondisinya tidak memungkinkan, tapi tidak ada alasan masyarakat untuk tidak cuci tangan dan tidak memakai masker. Tapi kenyataannya masih sulit ditegakkan," kata dia.
Namun Tonang mengaku menghargai usaha Ganjar menginisiasi gerakan 'Jateng di Rumah Saja'. Menurutnya, semangat tersebut harus dilanjutkan dengan penegakan protokol kesehatan secara ketat.
"Pada dasarnya kita menghargai semangat Pak Gubernur. Dan saya yakin beliau paham bahwa dua hari itu tidak akan berpengaruh signifikan. Makanya gerakan dua hari ini harus dilanjutkan dengan penegakan protokol kesehatan yang ketat," pungkasnya.