Sebuah warung makan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menggratiskan makanannya bagi siapa saja yang datang. Warung makan ini biasa laris manis di jam makan siang. Seperti apa kondisinya?
Warung makan bernama Roemah Makan Rakjat ini berada di Jalan Kusuma Bangsa, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Sejak empat bulan terakhir, warung makan yang dirintis oleh ibu-ibu di Kelurahan Panjang Wetan ini menggratiskan menu makanannya.
Pengelola warung makan, Kristina Maya, menyebut warung makan ini sengaja menyediakan makan bagi kaum duafa, warga yang terdampak Corona maupun banjir Pekalongan. Warung makan ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB dan didanai dari warga yang berdonasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah empat bulan Roemah Rakjat ini berjalan. Warung makan ini ada dari kepedulian kita semua di tengah pandemi Corona, dan banjir yang kerap terjadi di Kota Pekalongan," kata Maya saat ditemui detikcom, Rabu (3/2/2021).
"Alhamdulillah, semakin banyak donasi yang membuat porsi kami setiap harinya bertambah," tambahnya.
Maya mengatakan dalam sehari pihaknya menyediakan sekitar 150 porsi makanan. Namun, beberapa hari terakhir ini, pihaknya membuat 450 porsi makanan.
"Rata-rata per hari habis 150 porsi, dan terakhir tadi kita naikkan menjadi tiga kali lipatnya. Alhamdulillah karena banyak orang yang mampu menitipkan ke kita untuk kita kelola," jelasnya.
"Biasanya, siang sudah habis," sambung Maya.
Maya mengatakan siapa saja bisa makan gratis di warung ini. Namun, ada syarat yang wajib dipatuhi yakni itu wajib menggunakan masker dan mencuci sendiri piring serta gelas yang digunakan untuk makan.
Selanjutnya kata pelanggan warung soal makanan gratis ini..
Terpisah, salah seorang pelanggan warung, Ely Kurniasih (39), mengaku sudah tiga bulan ini makan bersama keluarganya di warung tersebut. Warga Panjang Wetan ini tak keberatan dengan syarat mencuci piring dan gelas sendiri sesudah makan.
"Syaratnya pakai masker, dan cuci piring setelah makan," kata Ely.
Ely mengaku sejak pandemi Corona dan banjir di Kota Pekalongan berdampak pada penghasilan suaminya yang bekerja sebagai buruh di pasar. Ely menyebut penghasilan suaminya kini tidak menentu.
"Dengan adanya ini, sangat bermanfaat bagi kami warga yang kurang mampu," katanya.
Tak hanya Ely, ada juga Zamroni (45) yang memanfaatkan makan gratis ini. Bedanya, Zamroni baru sebulan ini datang ke rumah makan ini.
"Saya baru sebulan ini. Dapat kabar dari teman. Alhamdulillah, sangat membantu," kata Zamroni yang setiap harinya sebagai pedagang di pasar tiban.
![]() |
Zamroni mengakui penghasilannya sejak pandemi COVID-19 ini tidak menentu. Terlebih sejak banyak lokasi yang melarang adanya pasar tiban karena dikhawatirkan mengundang kerumunan.
"Jauh berkurang penghasilannya. Kalaupun ada pasar tiban, tidak lama hujan, jadi tidak bisa maksimal mencari nafkah," jelasnya.
(ams/rih)