"Pembelian mobil itu sebelum perceraian, dan memang oleh ayahnya diperuntukkan ke Alfian. Tetapi karena saat itu Alfian belum dapat menyetir maka mobil digunakan ibunya," terang Caesar.
Caesar menyebut Alfian yang melanjutkan studinya di Yogyakarta itu sebenarnya tidak protes mobil itu digunakan oleh ibunya. Hanya saja dia kesal karena mobilnya itu masuk ke daftar gono gini yang diperebutkan kedua orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ia (Alfian) protes, karena mobil itu sebenarnya bukan dibeli ibunya, dan malah diklaim dalam harta gono gini," jelasnya.
Caesar menyebut kliennya beberapa kali membuka ruang diskusi untuk kedua orang tuanya. Namun, karena gagal dan kedua orang tuanya terus ribut dia akhirnya mendaftarkan gugatan ke pengadilan pada Oktober 2020 lalu.
"Sebelum gugatan diajukan, ada proses mediasi yang diajukan anak ke orang tuanya. Ayahnya sudah bersedia mediasi, nah tinggal ibunya. Maka Alfian memberi teguran yang lebih keras yakni gugatan," jelasnya.
Dia menjelaskan kliennya sebenarnya mengajukan gugatan perdata ini untuk mengekspresikan kekecewaannya. Dia berharap orang tuanya bisa tetap akur meski sudah berpisah.
"Sebenarnya gugatan itu mau kalah atau menang, dia tak masalah. Tetapi lebih daripada itu, ada ruang mediasi kepada orang tuanya agar meski sudah bercerai, tak ada ribut-ribut apalagi soal harta," jelasnya.
"Alfian sedang menjalani koas di Yogyakarta," lanjut dia.
Gugatan perdata soal sengketa mobil Toyota Fortuner ini mulai disidang di Pengadilan Negeri Salatiga pada November 2020 lalu.
"Untuk persidangan selanjutnya Selasa (26/1) dengan agenda replik pemohon atau penggugat," sebutnya.
(rih/sip)