Pemugaran gedung Sarinah, Jakarta menguak fakta temuan relief yang hilang. Pematung asal Yogyakarta, Edhi Soenarso diyakini sebagai pembuat relief tersebut.
Empu seni rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Bonyong Munni Ardhi mengaku telah lama mendengar adanya relief karya Edhi Soenarso di Sarinah. Dia tak heran belakangan ditemukan relief tersebut.
"Setelah beliau meninggal sekitar empat tahun lalu, saya sudah dengar soal karya beliau di Sarinah itu, makanya kemarin baru ramai itu saya nggak heran. Tapi itu bukan hanya Pak Edhi, itu kelompoknya," kata Bonyong saat dihubungi detikcom, Senin (18/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bonyong sendiri pernah menjadi mahasiswa Edhi sewaktu di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Hubungannya dengan Edhi semakin akrab dan sering diajak ikut ke pameran, meskipun Bonyong menggeluti bidang seni lukis.
Hilang diduga masalah politik
Terkait relief Sarinah yang 'hilang', Bonyong memperkirakan ada unsur politik yang melatarbelakangi. Sebab Edhi adalah sosok yang dekat dengan Presiden Soekarno.
"Salah satu kemungkinan itu karena berganti rezim, politik berubah. Pak Edhi itu Sukarnois, jadi kemungkinan masalah politis," katanya.
Menurutnya, Edhi banyak menggarap pekerjaan dari Sukarno. Antara lain Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Patung Dirgantara atau Tugu Pancoran, dan Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Jakarta.
Selanjutnya: keluarga Edhi Sunarso menanggapi
Kata putra Edhi Sunarso
Satya Sunarso, putra ketiga almarhum Edhi Soenarso belum bisa memastikan apakah relief itu benar buatan almarhum ayahnya atau bukan.
"Saya belum bisa (memastikan). Kami takut salah-salah jawab," kata Satya melalui pesan singkat kepada detikcom, Senin (18/1).
Satya menjelaskan pihak keluarga masih mencari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan relief di Sarinah.
"Karena kami putra putri almarhum Edhi Soenarso belum sempat mencari dokumen," jelasnya.
"Tapi menurut cerita teman-teman dan mantan staf almarhum Bapak, (relief Sarinah) itu segaris dengan pembuatan patung HI," terangnya.
Sebelumnya diberitakan, menurut Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kemungkinan besar relief di Sarinah itu dibuat oleh kelompok seniman dari Yogyakarta. Akan tetapi belum diketahui pasti siapa arsitek serta blue print-nya dari relief bersejarah tersebut.
"Relief ini menurut catatan beberapa ahli sejarah, dan seni rupa nasional, dibuat oleh kelompok seniman Yogyakarta pada masa konstruksi (1962-1966) yang menampilkan para penjaja dan pelapak yang melambangkan perjuangan rakyat kecil mencari nafkah," ungkap salah seorang tokoh dan anggota TACB, Asikin dari keterangan tertulis yang diterima detikcom, Sabtu (16/1).
"Menurut catatan pencipta tahun pembuatan relief ini adalah kelompok pematung, pelukis dari Yogyakarta. Siapa arsitek atau desainer patung ini masih ditelusuri oleh TACB juga blue print atau cetak birunya, karena penting untuk pekerjaan restorasi," sambungnya.
Selain itu, menurut Asikin karya seni ini ukurannya sangat epik serta gigantik. Diyakini karya seni ini pada saat dibuat sudah menggunakan teknologi pengecoran panel tunggal modern.