Merapi Masuk Fase Erupsi, Kok Statusnya Tak Dinaikkan Jadi Awas?

Merapi Masuk Fase Erupsi, Kok Statusnya Tak Dinaikkan Jadi Awas?

Achmad Syauqi - detikNews
Rabu, 06 Jan 2021 20:38 WIB
Titik api diam terlihat dari lereng Gunung Merapi Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (5/1/2020). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi telah mengalami fase erupsi. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.
Gunung Merapi muntahkan lava pijar. (Foto: Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah)
Klaten -

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan bahwa Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi 2021. Namun demikian, status Gunung Merapi masih Siaga (level III) dan belum dinaikkan menjadi Awas. BPPTKG memberikan penjelasan terkait itu.

"Status Gunung Merapi masih Siaga, potensi bahaya masih sama dan rekomendasi juga masih sama. Namun tetap kehati-hatian dan kewaspadaan harus ditingkatkan lagi," ungkap Kepala BPPTKG Hanik Humaida kepada wartawan usai rapat koordinasi di Pendapa Pemkab Klaten, Rabu (6/1/2021).

Hanik menjelaskan status sebuah gunung itu berkaitan dengan potensi bahaya. Karena potensi bahaya Merapi saat ini masih di jarak lima kilometer dari puncak maka statusnya belum dinaikkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Belum dinaikkan untuk saat ini. Karena potensi bahaya masih di jarak maksimum 5 kilometer seperti saat menaikkan ke Siaga jadi kami belum menaikkan (status)," terang Hanik.

Menurut Hanik, sinar di Gunung Merapi pada malam tahun baru lalu menjadi awal tanda kenaikan aktivitas yang terus berkembang hingga pada tanggal 4 Januari ditemukan api diam dan diikuti luncuran.

ADVERTISEMENT

"Tanggal 4 malam Januari ada api diam diikuti luncuran lava pijar yang mengindikasikan magma sudah keluar. Berarti itu awal fase erupsi sehingga Merapi sudah masuk fase erupsi," lanjut Hanik.

Lebih lanjut Hanik mengatakan saat ini electronic distance measurement (EDM) Gunung Merapi menurun. Penurunan disebabkan magma sudah keluar.

"EDM itu akibat desakan magma ke permukaan dan ini terus terjadi. Dulu pelan per minggu, dua minggu hanya sampai 12 cm, tanggal 22 Desember sampai 21 cm per hari namun setelah magma di permukaan EDM juga menurun sampai 11 cm," papar Hanik.



Selanjutnya: Tanda-tanda munculnya awan panas atau wedhus gembel.

Catatan BPPTKG, ucap Hanik, sudah empat kali ada lava pijar dengan jarak terjauh luncuran 400 meter. Saat ini awan panas atau wedhus gembel belum ada.

"Belum ada potensi wedhus gembel atau awan panas. Ini kan awal fase erupsi, kita tunggu dan kalau kubah lava terus tumbuh dan tidak stabil bisa terjadi," kata Hanik.

Untuk deformasi, sambung Hanik, arahnya ke barat daya sampai barat laut. Sejak tanggal 22 Juni terus terjadi sedikit demi sedikit. "Mulai terjadi deformasi itu tanggal 22 Juni tapi energinya tidak seperti 2010 sebab ini krisisnya lama," pungkas Hanik.

Halaman 2 dari 2
(mbr/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads