Didi Kempot berkisah tentang penantian di Tanjung Emas Semarang, tentang kisah cinta di Gunung Purba Nglanggeran Gunungkidul, melepas kekasih di Terminal Tirtonadi Solo, Mengenang Kekasih Pantai Parangtritis Yogyakarta, maupun Pantai Klayar Pacitan dan banyak tempat lagi. Didi memang lihai menyelipkan pesan-pesan 'pengembaraan' seperti itu.
Lagu berbahasa Jawa itu bahkan digandrungi dan dilantunkan oleh orang-orang yang sebelumnya tak paham Bahasa Jawa sekalipun. Lagu-lagunya digemari. Tema kepedihan dan kesenduan itu menjadi cair dalam lagu-lagu Didi Kempot. Tak hanya di Tanah Air, lagu-lagu Didi Kempot juga digemari di Suriname, tempat ribuan warga keturunan Jawa tinggal dan masih mempertahankan bahasa dan adat tradisi Jawa.
Didi Kempot juga mendapat tempat tersendiri di Belanda karena banyak warga Negeri Kincir Angin yang merupakan keturunan Jawa dan ingin mengobati kerinduan etnisnya lewat kehadiran lagu-lagu Didi Kempot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Meteor Ambyar Itu Bernama Didi Kempot |
Para penggemarnya menyebut diri sebagai Sobat Ambyar, memberikan gambaran tentang remuk redamnya orang patah hati, tapi tak perlu diratapi. Patah hati itu dirayakan bersama lagu-lagu yang riang gembira.
Generasi tua hingga anak-anak menyukai lagu-lagunya. Dalam setiap konser, semua penonton berjingkrak. Tak hanya di panggung terbuka, tapi juga hadir di gedung-gedung pertunjukan berkelas.
Tak ada orang 'jaga gengsi', semua 'ambyar' berjoget bersama menikmati kesakitan patah hati. Kalangan atas hingga kalangan paling ambyar secara ekonomi dipersatukan oleh Didi Kempot dengan lagu-lagu ambyarnya.
Karena hampir semua lagu Didi mengisahkan kepedihan percintaan dan patah hati, Sobat Ambyar lalu menobatkan sang idola sebagai 'The Godfather of Broken Heart'.
(mbr/mbr)