Didi Kempot bukan musisi karbitan kemarin sore. Dia berangkat dari pahit pahit-getir perjuangan yang memang sejak kecil telah memantapkan pilihan hidup sebagai seniman.
Dia memilih genre keroncong dangdut untuk mengekpresikan lagu-lagu ciptaannya. Lazimnya, lagu-lagunya dikategorikan sebagai lagu campursari. Hampir semua lagunya berbahasa Jawa, bahasa ibu yang sangat diakrabi dan dipahaminya luar-dalam.
Namanya mulai dikenal khalayak umum sejak melemparkan lagu 'Stasiun Balapan' pada 1999. Lagu yang berkisah tentang penantian seorang kekasih itu sangat terkenal, meledak di pasaran. Lagu berbahasa Jawa itu bahkan digandrungi dan dilantunkan oleh orang-orang yang sebelumnya tak paham Bahasa Jawa sekalipun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya lagu-lagu Didi mengalir. Banyak karyanya yang menonjol. Salah satu ciri khas ciptaan Didi adalah syair lagunya yang menandai kehadiran di suatu tempat, lalu dia mengelaborasi dengan kemampuan mengarang sebuah pengisahan.
Dia berkisah tentang penantian di Tanjung Emas Semarang, tentang kisah cinta di Gunung Purba Nglanggeran Gunungkidul, melepas kekasih di Terminal Tirtonadi Solo, Mengenang Kekasih Pantai Parangtritis Yogyakarta, maupun Pantai Klayar Pacitan dan banyak tempat lagi. Didi memang lihai menyelipkan pesan-pesan 'pengembaraan' seperti itu.
Ya, Didi Prasetyo, yang kemudian terkenal dengan nama Didi Kempot, memang seorang pengembara. Sebelum terkenal, lelaki kelahiran Solo pada 1966 tersebut telah kenyang dengan gemblengan pahit-getir dunia seni. Dia sendiri berasal dari keluarga seniman. Ayahnya, (alm) Ranto Edi Gudel, adalah seniman panggung dan komedian kenamaan.
Saudara-saudara Didi juga terkenal sebagai seniman. Sebut saja (alm) Sentot Selino, penyanyi yang pernah melambung dengan lagu 'Joko Lelur' dan 'Anoman Obong'. Saudara Didi lainnya adalah (alm) Mamiek Prakoso, komedian terkenal dari grup lawak Srimulat, dan Eko Gudel yang menekuni seni tari.
Dibesarkan dari keluarga seni, sejak kecil Didi Kempot memang telah memantapkan pilihan sebagai seniman. Musik adalah pilihannya. Semenjak remaja dia memilih meninggalkan Solo untuk mencari penghidupan di Jakarta. Bukan begitu saja Didi Kempot mendapat tempat, di Jakarta dia bergabung dengan kelompok seniman jalanan.
Baca juga: Penyanyi Didi Kempot Meninggal Dunia |
Ketika kembali ke Solo pada 1998, dia tak serta-merta langsung naik daun. Dia juga memulai dari mengamen di tempat-tempat keramaian di Solo. Hingga akhirnya semua bekal dan tempaan di jalanan itu memupuk bakat musikalnya.
Lagu-lagunya digemari. Tema kepedihan dan kesenduan itu menjadi cair dalam lagu-lagu Didi Kempot. Tak hanya di Tanah Air, lagu-lagu Didi Kempot juga digemari di Suriname, tempat ribuan warga keturunan Jawa tinggal dan masih mempertahankan bahasa dan adat tradisi Jawa.
Didi Kempot juga mendapat tempat tersendiri di Belanda karena banyak warga Negeri Kincir Angin yang merupakan keturunan Jawa dan ingin mengobati kerinduan etnisnya lewat kehadiran lagu-lagu Didi Kempot.