Curahan Hati Nelayan di Batang yang Merugi Gegara Tangkap Batu

Curahan Hati Nelayan di Batang yang Merugi Gegara Tangkap Batu

Robby Bernardi - detikNews
Selasa, 22 Des 2020 17:09 WIB
Nelayan di Kabupaten Batang tangkap batu, Selasa (22/12/2020).
Tangkapan ikan nelayan di Batang tercampur dengan batu. (Foto: Robby Bernardi/detikcom)
Batang -

Nelayan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah beberapa hari terakhir 'menangkap' batu saat menjaring ikan. Batu-batu itu membuat jaring rusak hingga membuat rugi nelayan.

"Ya sudah lima hari ini. Resahnya itu, setiap ambil ikan ada batu baranya. Itu batu baranya ya banyak sekali. Menyangkut di jaring saya dan teman lainnya juga," ujar salah seorang nelayan Roban Timur, Yono (56), kepada detikcom di Dusun Roban Timur, Desa Sengon, Kecamatan Subah, Selasa (22/12/2020).

"Yang susah itu jika yang (batu berukuran) kecil-kecil. Menempel di ikan. Kalau (batu) yang besar, enak bisa langsung kita buang," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena kondisi tersebut dia mengaku tak jarang harus pulang dengan tangan kosong. Ditambah dengan nelayan merugi perbekalan dan bahan bakar solar.

"Hasil tangkapan ya jelas menurun. Ada sekitar 50 persenan. Selain itu kita juga ada pekerjaan tambahan akibat jaring yang rusak itu," katanya.

ADVERTISEMENT

"Kami meminta instansi yang terkait dan pihak PLTU Batang, untuk membersihkan batu bara dan lumpur buangan ke lautan. Kami takutkan, akan mematikan ikan-ikan jika ini terus terjadi," jelasnya.

Yono bercerita batuan itu didapat para nelayan dari Pantai Roban yang berjarak sekitar setengah jam perjalanan dari muara. Ukuran batu-batu tersebut bervariasi mulai dari sebesar kelereng hingga buah kelapa. Batu-batu itu berwarna hitam, yang diduganya merupakan batu bara dari PLTU Batang.

Diwawancara terpisah, Ketua Paguyuban Nelayan Roban Timur, Wahyono (46), bercerita ada total 140 kapal nelayan jenis kapal tempel di wilayah tersebut saat ini. Namun, dari dari jumlah tersebut hanya sekitar 70 yang berangkat melaut tiap harinya.

Nelayan di Kabupaten Batang tangkap batu, Selasa (22/12/2020).Nelayan di Kabupaten Batang tangkap batu, Selasa (22/12/2020). (Foto: Robby Bernardi/detikcom)

"Saya hari ini tidak melaut. Jaring rusak karena batu bara. Sudah lima hari ini," katanya.

"Ya, batubara dari PLTU, PLTU kan sudah uji coba. Yang saya lihat itu ada tiga kali kapal (tongkang) bongkaran batu bara. Kita kan biasa melaut tiap hari, jadi tahu kapan batu bara datang," lanjut Wahyono.

Wahyono mengaku tak tahu menahu bagaimana batu diduga batu bara itu bisa ada di Pantai Batang dan akhirnya terjaring nelayan. Namun dia mengaku batuan itu muncul setelah adanya kapal pengangkut batu bara di daerah tersebut.

"Kalau tercecer di lautan, terjatuh atau apa saya tidak tahu. Yang saya tahu, setelah ada kapal pengangkut batu bara itu, beberapa hari kemudian, hasil tangkapan kami kok ada batu baranya," jelasnya.

"Yang jelas, penghasilan kita berkurang hingga 50 persen. Belum perbaikan jaring yang rusak juga. Saat ini, kasihan kondisi teman-teman," tutur Wahyono.

Selanjutnya, nelayan mengaku adanya pembatasan wilayah penangkapan ikan terkait keberadaan PLTU...

Dia melanjutkan nelayan setempat juga menyadari area penangkapan ikan di laut kini juga dibatasi karena adanya PLTU.

"Makanya kita tidak mendekat ke lokasi yang terlarang. Itu pun masih saja kita dapatkan sampah lumpur dan batu bara di lautan," katanya.

Diwawancara terpisah, GM Community & Government Relations, Ari Wibowo, menjelaskan proyek PLTU Batang masih dalam proses pembangunan hingga saat ini. Aktivitas pengiriman batu bara juga disebutnya masih sangat terbatas.

Dia juga mengaku telah berkoordinasi dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) setempat terkait sosialisasi dan edukasi secara berkala terkait alur pelayaran di kawasan Batang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Nelayan di Kabupaten Batang tangkap batu, Selasa (22/12/2020).Nelayan di Kabupaten Batang tangkap batu, Selasa (22/12/2020). (Foto: Robby Bernardi/detikcom)

"Sebagai objek vital, kawasan PLTU Batang memiliki lokasi steril yaitu sekitar 2,5 km dari bibir pantai yang digunakan sebagai kawasan pelabuhan khusus. Untuk itu, alat bantu navigasi pelayaran telah dipasang dan dimonitor secara rutin agar memudahkan para nelayan ataupun pengguna perairan lainnya untuk tidak memasuki dan melakukan aktivitas di kawasan steril tersebut maupun alur pelayaran yang sudah ditetapkan," kata Ari.

Bupati Batang Wihaji juga angkat bicara soal curahan hati para nelayan di Pantai Batang tersebut. Wihaji memastikan pihaknya akan mengusut mengungkap asal muasal batubara yang sering nyangkut di jaring nelayan.

"Kita akan melakukan kroscek di lapangan. Kita usut, jangan sampai nelayan kita dirugikan," kata Wihaji, saat ditemui di Kompleks Kantor Bupati Batang, siang ini.

Wihaji menyebut pihaknya juga bakal mengecek apakah batubara itu sengaja dibuang atau hanya tercecer. Pihaknya juga bakal berkoordinasi dengan Dinas Provinsi terkait temuan tersebut.

"Persoalannya itu dari mana siapa yang mencecerkannya atau (sengaja) membuang, kita cek. Kita akan koordinasi dengan dinas provinsi," ucap Wihaji.

"Ada hubungan dengan uji coba (PLTU) atau tidak, jangan sampai merugikan nelayan yang telah turun temurun mencari ikan," harapnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads