Tokoh Punokawan dalam pewayangan Jawa, Kiai Petruk, sering dibicarakan orang saat Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya. Sosok yang sering disebut Ki Lurah Petruk itu banyak sebagai cerita oleh turun-temurun warga lereng Gunung Merapi.
"Mbah Petruk ini konon katanya bagian dari yang berada di Merapi. Tapi itu juga konon ceritanya, sosoknya sebagai penjaga Gunung Merapi," jelas Tokoh Masyarakat Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Basuki pada detikcom di balai desa setempat, Sabtu (21/11/2020).
"Secara kasat mata siapa yang pernah ditemui Mbah Petruk ini juga tidak ada. Ya ini sekadar cerita saja karena generasi sekarang juga lebih sulit membuktikan, sulit dipercaya di zaman Android," jelas Basuki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Basuki yang juga Sekdes Balerante itu, saat ini generasi muda desanya sudah jarang menyebut sosok Mbah Petruk. Beda dengan zaman dulu, sebelum teknologi semakin canggih.
"Kalau generasi sekarang menyebut istilah Mbah Petruk sudah jarang. Sekarang kita percaya apa yang direkomendasikan BPPTKG sebab ditempatkan alat CCTV di puncak," ucap Basuki.
Namun demikian, sambung Basuki, masyarakat masih mempercayai tanda alam. Sebab tanda alam itu dinilainya terbukti benar ada dan warga mencatatnya.
"Kalau tanda alam itu kan ilmu titen. Misalnya ada gemuruh terus menerus, ada lava pijar, awan panas kecil, dan lainnya," pungkas Basuki.
Ngatiyo (55), warga Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang menambahkan, saat letusan pertama Gunung Merapi pada 2010 silam awan yang keluar seperti sosok Petruk. Tangan sosok itu, kata Ngatiyo, melambai ke timur.
"Pas meletus pertama dan batu terlempar ada asap seperti Petruk tangannya melambai ke arah sini. Artinya diminta mengungsi," jelas Ngatiyo pada detikcom di hutan objek wisata Deles Indah.
Menurutnya, asap Gunung Merapi membentuk sosok Petruk tidak keluarg setiap saat. Namun dia percaya sosok Mbah Petruk merupakan tanda bahwa orang kecil akan dilindungi.
"Sosok Petruk itu kan orang kecil jadi melindungi orang kecil. Yang penting kita itu waspada," kata Ngatiyo.
Berikutnya tentang cerita Biyung Bibi...
Relawan Desa Sidorejo, Jenarto Jack, mengatakan generasinya sudah tidak begitu paham soal keteraitan tokoh Mbah Petruk dengan Gunung Merapi. Dia mengungkap, cerita yang banyak didengarnya di Desa Sidorejo dan sekitarnya yakni tentang Biyung Bibi.
"Kalau di sini (Sidorejo) Mbah Petruk tidak ada, banyak yang tidak tahu. Tapi kalau Biyung Bibi itu banyak yang paham," jelas Jenarto pada detikcom di Desa Sidorejo.
Jenarto yang juga ketua RT 16 Desa Sidorejo menilai cerita Biyung Bibi lebih nyata. Sebab Bibi merupakan nama bukit atau gunung tua yang melindungi desa.
"Kalau kami lebih tahu Biyung Bibi sebab itu gunung yang melindungi desa. Karena jika Merapi erupsi material ke sini terhalang Gunung Bibi," papar Jenarto.