Skenario berikutnya jika terjadi ekstrusi magma, BPPTKG telah memetakan potensi bahaya yang akan terjadi. Skenario erupsi ekstruksi ini mirip dengan kondisi erupsi 2006 yang mana saat itu ada ekstrusi magma dengan kecepatan tertentu.
Ia menjelaskan skenario yang dibuat itu berdasarkan hitung-hitungan BPPTKG jika laju ekstruksi meningkat mencapai 100 ribu mΒ³/hari dan kubah lava memenuhi kawah mencapai volume 10 juta mΒ³.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari skenario itu jika 50 persen kubah lava runtuh maka akan menghasilkan awan panas. Ancaman awan bahaya maksimal yang akan terjadi ke Kali Gendol sejauh 9 Km, Opak 6 Km, Woro 6 Km," jelasnya.
"Kemudian perkiraan landaan awan panas ke Kali Kuning sejauh 7 Km, Boyong sejauh 6,5 Km, Krasak 7 Km, Kali Putih 5 Km, Kali Senowo 8 Km, Kali Trising 7 Km dan Kali Apu 4 Km. Ini berdasarkan skenario penambahan bukaan kawah di selatan dan barat," sambungnya.
Ia menjelaskan semua potensi bahaya di aliran sungai yang telah disebutkan tadi lokasinya berada di kawasan rawan bencana (KRB) III. Akan tetapi, untuk skenario ekstrusi magma Merapi hingga saat ini masih belum bisa dipetakan ancaman bahayanya.
"Ancaman bahayanya (untuk skenario ekstrusi) itu kalau sudah ada pertumbuhan kubah lava dan kita melihat kecepatan (pertumbuhan kubah lava) dan volume maksimum (kubah lava) berapa," paparnya.
Soal guguran, Hanik menjelaskan jika guguran saat ini merupakan material lama. Misalnya lava tahun 1948, lava tahun 1888. Untuk saat ini guguran dominan ke arah Senowo namun juga ada yang mengarah ke Kali Gendol.
"Jadi gunung Merapi meletus tidak semua (material) yang terlontarkan, sisa inilah yang jadi guguran. Jadi untuk (kubah) lava yang baru belum muncul. Guguran itu ke arah Senowo ada juga yang ke Gendol dengan jarak maksimal 3 Km," pungkasnya.
(rih/mbr)