Status Gunung Merapi telah naik menjadi Siaga (Level III) sejak Kamis (5/11) siang. Pengukuran deformasi atau perubahan bentuk Gunung Merapi kini dilakukan setiap jam sekali.
"Kalau deformasi dari data EDM itu dominannya dari Pos Babadan, diukur setiap satu jam sekali. Sampai saat ini hasil data garfiknya masih menunjukkan tren memendek," kata petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Ahmad Sopari, kepada wartawan di Pos PGM (Pengamat Gunung Merapi), Senin (9/11/2020).
Dari hasil tersebut, jelas dia, deformasi Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini dominan ke arah barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara seperti itu (deformasi ke barat), tapi nanti hasil berikutnya belum tahu," lanjutnya.
Aktivitas guguran material Gunung Merapi, lanjut dia, saat ini juga lebih banyak ke arah barat. Guguran material Gunung Merapi lebih banyak terpantau dari Pos Babadan di Kabupaten Magelang.
"Untuk visual guguran, kalau yang berdasarkan data yang ada, dominan kalau yang ke arah Pos Jrakah itu, saya baru menyaksikan dua kali terjadi. Jadi dominannya kelihatannya arahnya banyak ke arah barat, terpantau dari Pos Babadan," ujarnya.
Dia menjelaskan guguran material terjadi karena adanya aktivitas dari dalam Gunung Merapi. Hal ini juga berhubungan dengan jumlah gempa yang meningkat.
Sementara itu dari hasil pemantauan aktivitas kegempaan selama enam jam hari ini dari pukul 06.00 WIB-12.00 WIB, terang Ahmad, terjadi guguran sebanyak enam kali. Kemudian jumlah hembusan sebanyak empat kali, hybrid/fase banyak terjadi 81 kali dan gempa vulkanik dangkal 10 kali.
(sip/rih)