Sebanyak 185 jiwa dari Padukuhan Kalitengah Lor mengungsi ke barak pengungsian di Kalurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi. Mereka yang mengungsi selain lansia dan ibu hamil ada juga anak usia sekolah.
Kendati mengungsi, anak-anak tetap harus belajar. Pantauan detikcom di barak pengungsian sejumlah anak nampak belajar. Ada yang membaca sejumlah buku pelajaran seperti pelajaran bahasa hingga matematika.
Nabila (11) salah seorang siswa kelas 5 yang ikut mengungsi mengaku tetap belajar meski mengungsi. Untuk hari ini dia belajar pendidikan kewarganegaraan dan matematika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetap belajar, tadi mulai dari jam 8 (pagi). Ada PPKn ada matematika, semua buku dibawa ke sini," kata Nabila, Senin (9/11/2020).
Nabila mengaku untuk belajar harus ada sinyal internet. Beruntung, akses internet di barak juga telah disediakan oleh Pemkab Sleman.
"Ini ngungsi karena status Gunung Merapi. Belajar di sini enak WiFi lancar, tapi lebih enak di rumah," katanya.
Sementara itu, Marsya (7) siswa kelas 1 ini menjelaskan sejak diminta mengungsi dia sudah mempersiapkan buku pelajaran untuk dibawa. "Dari rumah bawa buku pelajaran. Bawa buku matematika, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris," katanya.
Salah satu orang tua, Wahyu Nur Eksani menjelaskan untuk fasilitas WiFi memadai. Akan tetapi, dengan kondisi seperti ini anak sering kurang konsentrasi karena di pengungsian suasananya ramai.
"Agak terganggu, kadang di sini (barak) berisik. Jadi konsentrasi anak agak kurang. Internet ada WiFi. Kalau di rumah juga dapat kuota dari pemerintah," katanya.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Joko Supriyanto menjelaskan sejak awal pihaknya sudah menyiapkan WiFi di barak pengungsian. "Ini sudah dinaikkan (kecepatan) setelah ada masukkan, ini untuk fasilitas anak-anak belajar dan juga relawan dan rekan media," katanya.
Tonton video 'Merapi Siaga, Warga Tlogolele Boyolali Belum Mengungsi':