Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terpantau beberapa kali memuntahkan guguran material kemarin. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menjelaskan fenomena guguran itu merupakan hal yang wajar terjadi pada Gunung Merapi.
"Guguran yang terjadi kemarin merupakan fenomena yang biasa terjadi di Gunung Merapi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida kepada wartawan melalui pesan singkat, Senin (9/11/2020).
Hanik menjelaskan guguran Gunung Merapi kemarin tidak disertai dengan awan panas. Sedangkan untuk potensi bahaya tetap pada radius maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Guguran tidak disertai dengan kejadian awan panas. Untuk potensi bahaya saat ini masih sesuai rekomendasi, yaitu guguran lava, lontaran material vulkanik dari erupsi eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km dari puncak Merapi," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, terjadi dua kali guguran di Gunung Merapi yang terpantau dari Pos Pengamatan Gunungapi Merapi (PGM) Babadan. Dua kali guguran tersebut mengarah ke barat laut dan barat daya.
Berdasarkan data di PGM Babadan tepatnya di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, guguran terjadi pada pukul 08.32 WIB, sejauh 750 meter dari puncak. Sedangkan guguran yang kedua terjadi pada pukul 12.50 WIB, sejauh 3 km.
"Aktivitas kegempaan hari ini masih cukup tinggi dengan ditandai hari ini sudah terjadi dua kali guguran yang mengarah barat laut sama barat daya. Untuk yang ke arah barat laut dengan jarak 750 dengan sumbernya ada di lava 1948. Yang siang ini guguran teramati ke hulu Kali Sat dengan dengan jarak luncur kurang lebih 3 km," kata petugas pengamat di Pos PGM Babadan, Yulianto, Minggu (8/11).
Material tersebut, katanya, material yang dikeluarkan lama pengaruh desakan dari dalam. "Pengaruh desakan dari dalam jadi, dia labil atau tidak stabil longsor karena adanya desakan deformasi dari dalam itu," tuturnya.
(sip/mbr)