7 Gunung di Jawa Bertopi Awan, BMKG Belum Keluarkan Peringatan Penerbangan

7 Gunung di Jawa Bertopi Awan, BMKG Belum Keluarkan Peringatan Penerbangan

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Kamis, 05 Nov 2020 15:38 WIB
Fenomena topi awan di sekitar Gunung Merbabu. Foto diambil dari Dukuh Pentongan, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Kamis (5/11/2020).
Topi awan di Gunung Merbabu. (Foto: Dok Mujiyanto/warga)
Yogyakarta -

Topi awan atau awan lentikular (lenticularis) muncul bersamaan di tujuh gunung di Jawa hari ini. Di balik kecantikan penampakan awan tersebut, BMKG mengingatkan potensi turbulensi. Namun sejauh ini BMKG Pusat belum mengeluarkan peringatan khusus bahaya penerbangan.

Hingga Kamis (5/11/2020) siang ini, setidaknya dilaporkan ada 7 gunung di Jawa yang terjadi kemunculan awan lenticularis tersebut. Kelima gunung tersebut adalah Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Merbabu. Gunung Sumbing (di Jawa Tengah) serta Gunung Welirang, Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro (di Jawa Timur).

Kepala Kelompok Analisa dan Prakiraan Cuaca Staklim BMKG Yogyakarta, Sigit Prakosa, menjelaskan terbentuknya awan lentikular atau yang oleh masyarakat disebut awan topi merupakan biasa terjadi di pegunungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini karena memang bentuk awan lenticularis atau awan topi ini yang unik dan juga ketinggian terbentuknya dapat berada pada level awan rendah, awan menengah dan awan tinggi," papar Sigit, Kamis (5/11/2020).

Namun, di balik kecantikan awan ini, Sigit mengingatkan adanya potensi bahaya. Munculnya awan lentikular merupakan pertanda keberadaan gelombang gunung. "Gelombang gunung ini akan dapat menyebabkan terbentuknya turbulensi yang berbahaya bagi penerbangan," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Namun demikian, Sigit memastikan bahwa hingga saat ini BMKG Pusat belum mengeluarkan peringatan bahaya penerbangan terkaut kemunculan awan lentikular yang merata tersebut.

"Secara nasional belum ada imbauan terkait dampak fenomena awan lentikular untuk penerbangan. Biasanya BMKG (Pusat) yang akan mengeluarkannya. Kami sebatas menjelaskan awan lentikular saja," ujarnya.

Lebih lanjut, pada dasarnya udara yang bergerak melewati pegunungan kemudian membentuk awan lenticularis tidak hanya pada lapisan dekat permukaan bumi saja. Ketebalan arus udara yang bergerak horizontal tersebut mencapai lapisan beberapa kilometer di atas permukaan bumi.

"Hambatan pegunungan terhadap terhadap arus angin yang datang secara horizontal kemudian menyebabkan defleksi yang membentuk gelombang gunung yang terjadi di belakang gunung (Leeward side)," urainya.

Gelombang gunung tersebut dapat terbentuk jika terdapat kondisi seperti arah angin berkisar 30 derajat terhadap pada garis tegak lurus terhadap punggung gunung. Kecepatan angin mencapai 15 knot dan akan meningkat terhadap ketinggian. Lapisan udara stabil terdapat di puncak gunung dengan udara tidak stabil pada bagian punggung gunung.

"Kombinasi arus vertikal yang kuat dan gesekan terhadap permukaan ini dapat menyebabkan terbentuknya rotor di bawah gelombang gunung. Rotor inilah yang menyebabkan terjadinya turbulensi hebat," paparnya.

Adapun pada lapisan atas gelombang gunung akan terbentuk 'breaking wave' yang sama juga bahayanya bagi aktivitas penerbangan.

"Rotor dan breaking wave ini dapat terbentuk hingga puluhan kilometer dari awan lenticularis di puncak gunung," katanya.

Ia menjelaskan pada umumnya awan lenticularis merupakan awan atau kelompok awan yang berbentuk seperti piring atau lensa yang terperangkap dalam lapisan atmosfer bawah. Disebut terperangkap karena awan lentikular umumnya nampak diam pada tempat terbentuknya.

"Awan lenticularis mulai terbentuk ketika arus angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan. Akibat hambatan tersebut, arus udara tersebut bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan," jelasnya.

Jika udara naik tersebut mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung.

"Saat udara tersebut melewati puncak gunung dan bergerak turun, proses kondensasi terhenti. Inilah mengapa awan lenticularis terlihat diam karena awan mulai terbentuk dari sisi arah datangnya angin (windward side) di puncak gunung kemudian menghilang di sisi turunnya angin (leeward side)," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads