Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga belum akan memulai sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM). Wali Kota Salatiga Yuliyanto menilai status Salatiga yang saat ini zona risiko sedang COVID-19 membuatnya mengkaji rencana sekolah tatap muka.
"Kondisi sekarang Salatiga masuk kategori sedang. Kami melihatnya belum aman untuk kemudian menggelar PTM," kata Yuliyanto di rumah dinas Wali Kota Salatiga, Sidorejo, Senin (14/9/2020).
Pemkot Salatiga sebelumnya berencana menggelar PTM bulan September ini. Namun menurut Yuliyanto, pihaknya tak akan tergesa-gesa merealisasikan rencana itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlindungan bagi siswa adalah nomor satu. Kami tak ingin ada nanti klaster sekolah di Salatiga," lanjutnya.
Ia pun mengatakan saat ini ada penambahan kasus COVID-19 di Kota Salatiga. Pemkot Salatiga, jelas Yuliyanto, segera menerapkan sekolah tatap muka apabila kasus COVID-19 di Kota Salatiga menurun.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Yuni Ambarwati mengatakan keputusan menggelar sekolah tatap muka menunggu Kota Salatiga tak lagi berstatus zona risiko sedang.
"Kami mengkaji ulang rencana tersebut. Artinya kami segera menggelar PTM apabila kasus menurun," ujar Yuni.
Sebelumnya, Pemkot Salatiga, Jawa Tengah berencana menggelar sekolah tatap muka mulai bulan September 2020. Beberapa sarana disiapkan, di antaranya transportasi umum untuk siswa sekolah harus menerapkan protokol kesehatan.
"Fokus kami menggelar sekolah tatap muka mulai bulan September besok," kata Wali Kota Salatiga, Yuliyanto, usai pengecekan angkutan umum di Terminal Angkutan Kota Tamansari, Salatiga, Senin (31/8).
Dia menuturkan penyiapan sarana transportasi umum yang mengaplikasikan protokol kesehatan ini untuk meminimalisir potensi klaster virus Corona atau COVID-19 di sekolah. Juga dari survei yang dilakukan Pemkot Salatiga, masih banyak siswa sekolah yang memanfaatkan angkutan umum untuk ke sekolah.
"Survei terkait pemanfaatan angkutan umum, 25 persen masih menggunakan angkutan umum. Sementara 50 persen diantar orang tuanya, dan sisanya jalan kaki atau bersepeda," terang Yuliyanto.
Ia menilai angka 25 persen tersebut masih tinggi. Maka Pemkot Salatiga menyiapkan angkutan umum yang sesuai protokol kesehatan.
Selain itu, survei yang dilakukan Pemkot Salatiga terkait pembelajaran tatap muka di sekolah, menunjukkan 80 persen orang tua setuju anaknya kembali bersekolah, sementara sisanya menolak.