Ritual tapa pendem (dikubur dalam tanah) yang dilakukan Suronto (55) untuk memperingati bulan Suro dibongkar aparat desa. Ritual itu dihentikan muspika dan pemerintah desa karena dikhawatirkan menimbulkan kerumunan di masa pandemi virus Corona (COVID-19).
Pantauan detikcom di Dusun Gunungan, Desa Canan, Kecamatan Wedi, Klaten, tanah tempat tapa pendem masih terlihat jelas di teras rumah di sisi barat. Di atas tanah itu tampak ada sejumlah bunga tabur dan tiga paralon.
"Baru satu hari satu malam kita minta dibongkar. Pertama demi keselamatan yang bersangkutan dan kedua rawan menimbulkan kerumunan di tengah masa pandemi Corona saat ini," kata Kades Canan, Kecamatan Wedi, Herning Jati Widagdo saat dimintai konfirmasi detikcom via telepon, Kamis (10/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Herning menuturkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan keluarga terkait pembongkaran tapa pendem itu. Selama ini Suronto diketahui kerap laku tirakat.
"Menurut keluarga yang bersangkutan sudah beberapa kali melakukan ritual. Tapi yang tapa pendem baru kali ini dan baru satu hari satu malam kita minta dibongkar daripada meresahkan warga," terang Herning.
Sementara itu, istri Suronto, Sri Ngatini (53) menuturkan tapa pendem suaminya dimulai pada Selasa (8/9) malam sekitar magrib. Kemudian baru sehari tapa pendem itu dibongkar pada Rabu (9/9) malam.
"Dibongkar karena katanya demi keselamatan dan demi warga. Ya tidak apa," tutur Ngatini saat ditemui detikcom di rumahnya.
Ngatini menuturkan suaminya merupakan buruh serabutan dan kerap laku prihatin. Dia menuturkan suaminya kerap berpuasa ngebleng (tidak makan tiga hari).
"Yang sering itu ngebleng di dalam kamar. Tujuannya cuma agar anak dan keluarga sehat semua dan lancar rezekinya," terang Ngatini yang menuturkan suaminya sedang keluar rumah.
Ngatini menuturkan suaminya bukan dukun yang kerap dimintai nasihat. Dia mengatakan tapa pendem itu dilakukan sebagai laku prihatin.
"Setiap hari ya buruh. Kadang tukang batu," terang Ngatini.
Terpisah, menantu Suronto, Agung Rohmadi mengaku sebagai penggali lokasi tapa pendem. Lubang itu dia gali atas perintah orang tuanya.
"Saya kerja di Cawas diminta pulang membuatkan lubang. Kalau tidak diminta bapak mana saya berani," jelas Agung pada detikcom di lokasi.
Agung mengatakan lubang tapa pendem itu sedalam sekitar 1,5 meter dan lebar 1 meter. Ada tiga paralon di galian itu sebagai lubang udara.
"Diberi paralon untuk udara. Bapak tidur mengenakan kain mori putih lalu saya timbun dan di atasnya diberi kembang," ujar Agung.
![]() |
Agung mengatakan pemberitahuan pembongkaran ritual tapa pendem itu dilakukan lewat paralon. Suronto pun menyetujui pembongkaran itu lewat lubang paralon
"Bicaranya lewat paralon itu. Sampai akhirnya dibongkar tadi malam," tutur Agung.