Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut puncak musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terjadi bulan ini. Namun, diprediksi hujan akan tetap mengguyur DIY.
"Untuk wilayah DIY, puncak musim kemarau ini memang kita prediksikan pada bulan Agustus," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY di Mlati, Sleman Reni Kraningtyas saat ditemui wartawan di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Selasa (18/8/2020).
Selain itu, Reni menyebut musim kemarau tahun ini berbeda dengan tahun lalu, di mana musim kemarau tahun ini cenderung lebih basah. Karena itu, saat puncak musim kemarau tahun ini berpotensi turun hujan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi memang untuk kemarau saat ini di DIY lebih basah daripada tahun kemarin, artinya meski musim kemarau tetap berpotensi hujan. Seperti beberapa waktu yang lalu di beberapa wilayah di DIY bisa terjadi hujan," ujarnya.
"Memang asumsi masyarakat umum itu kalau puncak kemarau itu tidak ada hujan sama sekali itu tidak. Jadi musim kemarau pun ada hujan, seperti musim hujan kan kadang ada saat berawannya," lanjut Reni.
Secara mendalam, Reni menjelaskan penyebab turunnya hujan saat puncak musim kemarau tahun ini di DIY. Menurutnya, hal itu karena perairan di selatan DIY masih tergolong hangat.
"Sehingga pada musim kemarau atau puncak kemarau itu masih berpotensi terjadi penguapan yang cukup signifikan sehingga terbentuknya awan-awan hujan," ucapnya.
Terlebih, kata Reni, pada saat itu terjadi perlambatan angin di lapisan 700 hingga 800 milibar. Di mana perlambatan tersebut memicu munculnya uap air untuk membentuk awan hujan.
"Perlambatan angin ini memicu uap-uap air yang terjadi untuk pembentukan awan hujan menumpuk di sekitar wilayah DIY. Nah, itu yang berpotensi terjadi hujan, sehingga hal itu bisa terjadi saat musim kemarau," katanya.