Dukungan resmi Partai Golkar dan PAN kepada Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa semakin menguatkan potensi calon tunggal di Pilkada Solo. PKS, satu-satunya partai yang melawan Gibran menyampaikan, jika terjadi kotak kosong maka menjadi kemunduran demokrasi.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD PKS Solo, Sugeng Riyanto, mengatakan seharusnya partai politik (parpol) di Solo malu jika nantinya Gibran melawan kotak kosong.
"Mestinya partai-partai politik di Solo itu malu jika kotak kosong. Dalam sejarah, Solo belum pernah seperti itu. Makanya kalau ini sampai terjadi, sebuah kemunduran demokrasi," kata Sugeng saat dihubungi detikcom, Rabu (12/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugeng juga mempertanyakan nyali parpol pendukung Gibran Rakabuming. Dia menyebut tak ada partai yang berani melawan sang putra presiden di Pilkada Solo.
"Apa tidak ada koalisi parpol yang berani melawan Gibran? Apa nggak ada politisi Solo yang berani dan punya syarat untuk melawan Gibran? Ini jadi pertanyaan," ujarnya.
Dalam perhitungan PKS, dukungan kepada Gibran justru dapat menjadi bumerang pada saat Pemilu 2024 nanti. Terutama PAN dan Gerindra yang pada Pemilu sebelumnya bersama PKS, diprediksi jumlah suara mereka bakal berkurang akibat mendukung Gibran.
"Misalnya PAN, konstituennya banyak yang tidak menghendaki mendukung Gibran, tetapi ternyata rekomnya jatuh kepada Gibran, jangan salahkan mereka ketika 2024 akan beralih dari PAN. Begitu juga Gerindra, banyak suara yang tidak mendukung Gibran," kata dia.
Menurutnya, PKS optimistis masih berpeluang membentuk poros baru melawan Gibran. Saat ini mereka tengah melakukan komunikasi dengan partai lain di tingkat DPP.
"Kami punya fakta empiris tentang kotak kosong di Karanganyar. Tinggal 1 hari, meskipun rekom (Gerindra) sudah diberikan, sudah tanda tangan resmi, dukungan akhirnya dialihkan kepada PKS," tutupnya.
Sementara itu, Partai Gerindra yang turut mendukung Gibran Rakabuming Raka-Teguh, menanggapi santai sentilan PKS itu.
Ketua DPC Gerindra Solo, Ardianto Kuswinarno, mengatakan perihal kotak kosong telah diatur dalam regulasi. Sehingga, pihaknya tidak merasa malu jika nantinya benar-benar melawan kotak kosong.
"Bukan harus malu, tidak seperti itu. Karena ini kan sudah sesuai aturan perundangan. Ada prosedurnya," kata Ardianto saat dihubungi detikcom, Kamis (13/8/2020).
PKS sebelumnya menyebut adanya kotak kosong menandakan kemunduran demokrasi. Sementara Ardi mengatakan masyarakat tetap bisa berdemokrasi dengan menggunakan suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Kalau pun nanti benar terjadi kotak kosong, kan masyarakat yang menilai. Masyarakat bisa memilih sesuai kehendak, tidak ada paksaan," kata dia.
"Itu kan pendapat mereka (PKS) karena tidak sepaham dengan kita. Tapi itu wajar saja," ujar dia.
Menurutnya, pilihan mendukung Gibran sudah diperhitungkan dengan matang. Terlebih menuju Pemilu 2024, dia yakin suara Gerindra bisa semakin terdongkrak.
"Karena di Pemilu 2019 kemarin suara kami di Solo hancur. Kesan kita sebagai partai nasionalis harus dikembalikan. Jadi kita tidak takut sama sekali, justru suara kita bisa bertambah," tutupnya.