Video salah seorang petani kubis membabat tanamannya beredar di beberapa grup WhatsApp. Hal tersebut diduga lantaran jatuhnya harga kubis.
Salah seorang petani kubis di Kecamatan Batur, Banjarnegara Rois Mubarok membenarkan harga kubis saat ini hancur. Namun menurutnya, video yang beredar tersebut bukan berasal dari daerahnya.
"Benar memang harga tanaman kubis di sini sedang turun. Tetapi kalau video yang ada petani kubis bukan dari sini," ujarnya saat dihubungi detikcom, Jumat (14/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebutkan, saat ini harga kubis turun hingga Rp 300 per kilogram. Padahal, rata-rata tanaman kubis saat ini sudah memasuki masa panen.
"Sekarang harganya turun sampai Rp 300 per kilogram. Itu kalau masih di lahan petani. Tetapi kalau di mobil bisa Rp 500 per kilogramnya. jadi biaya transportnya ditanggung petani. Dan sekarang rata-rata sudah waktunya panen," kata dia.
Dengan kondisi ini, sebagian petani memilih untuk tidak memanen tanamannya tersebut. Terutama bagi petani yang lahannya jauh dari jalan.
"Harga kubis sekarang lagi hancur. Ada sebagian petani yang tidak memanen kubis. Paling kalau lahannya dekat jalan, masih mending. Karena biaya angkutnya tidak banyak," terangnya.
Tonton juga 'Jahe Pletok, Minuman Berkhasiat di Tengah Pandemi Corona':
Menurutnya, harga normal kubis di tingkat petani berkisar Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram. Dengan harga tersebut, petani masih bisa untung saat memanen kubis.
"Kalau harga normalnya biasanya Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per kilogram. Jadi kami petani berharap harga kubis bisa kembali normal," tuturnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Batur Sudi Purnomo mengatakan, turunnya harga kubis sudah mulai terjadi sejak satu bulan terakhir. Menurut dia, salah satunya dipengaruhi turunnya permintaan kubis di sejumlah daerah.
"Karena sekarang permintaan juga turun. Mungkin penyebabnya karena beberapa bulan terakhir ada pandemi virus Corona ini," jelasnya.