Salah seorang staf KPU, Henry Jovinski (25) yang bertugas di Yahukimo menjadi korban pembunuhan orang tak dikenal (OTK) di Jembatan Brasa Kecil, Distrik Dekai. Ketua KPU RI, Arief Budiman, menyampaikan Henry merupakan pahlawan demokrasi.
"Keluarga besar KPU RI menyebutnya sebagai pahlawan demokrasi karena dia meninggal saat menjalankan tugas untuk kepentingan demokrasi," kata Arief di rumah duka, Godean, Sleman, Kamis (13/8/2020).
Menurutnya, banyak cita-cita Henry yang belum terselesaikan. Maka dari itu, sudah menjadi tugas anggota KPU lain untuk menyelesaikan cita-cita dan mimpi Henry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia ingin pemilu menjadi baik, seperti yang banyak dia lihat di negara yang demokrasinya maju. Dia ingin bersama masyarakat Papua membuat demokrasi menjadi lebih baik," terangnya.
Hal itu, kata Arief, yang membuat Henry bersedia bertugas di tempat yang jauh. "Itulah kenapa dia bersedia tugas jauh. Jadi cita-cita besar almarhum harus kita wujudkan bersama," tegasnya.
Dia pun berharap kejadian ini tidak terulang lagi. Oleh karena itu, dia akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk memastikan kejadian ini tidak terulang. Dia juga meminta maaf kepada pihak keluarga atas kejadian ini.
"Harapan keluarga besar, jangan pernah ada kejadian kekerasan lagi di bumi pertiwi, di tanah Papua. Mudah-mudahan ini peristiwa terakhir dan ini pelajaran berharga. Atas segala, saya minta maaf," tutupnya.
Arief mengatakan, pembunuh Henry di Yahukimo jumlahnya tak hanya satu. Oleh karena itu, dia meminta agar aparat segera menyelesaikan kasus ini.
"Berdasarkan keterangan saksi pelaku lebih dari satu orang, kami serahkan ke aparat dan kami harap dalam waktu yang tidak terlalu lama ini bisa diselesaikan," paparnya.
Pengungkapan kasus itu, kata Arief, juga sekaligus bisa mengungkapkan motif di balik tewasnya Henry. Menurutnya hal itu penting untuk memastikan keamanan penyelenggara pemilu.
"Ini penting bagi semua pihak untuk memastikan apa sebenarnya motif di balik semua ini, sehingga penyelenggara pemilu juga bisa menerima bahwa ini juga bisa melanjutkan tugas tanpa takut dan was-was," bebernya.
Terkait apakah ada hubungan kasus ini dengan politik, Arief belum bisa memastikan dan meminta untuk menunggu penanganan kasus.
Dalam kesempatan ini, Arief juga meminta aparat keamanan memberikan perlindungan kepada petugas KPU yang sedang bertugas di lapangan. Menurutnya, penjagaan tidak hanya dibutuhkan di kantor KPU melainkan juga pada petugas penyelenggara yang sedang bertugas.
"Mudah mudahan ini menjadi pelajaran berhaga, kita saling berhati-hati menghormati, kalau ada sesuatu yang harus diselesaikan maka diselesaikan dengan cara sesuai peraturan," tutupnya.