Warga Kudus sudah tak asing dengan nama dr Loekmono Hadi. Nama itu dikenal menjadi nama rumah sakit daerah dan jalan di Kota Kretek. Lantas siapa dr Loekmono Hadi dan seperti apa kisahnya?
Salah satu warga, Rudy (25) mengaku ketika ditanya terdengar nama dr Loekmono Hadi Kudus terbesit di bayangannya adalah nama RSUD Kudus. "Nama itu (dr Loekmono Hadi) itu nama RSUD Kudus, ada juga nama jalannya juga," kata Rudy saat ditanya detikcom, Selasa (11/8/2020).
Sejarawan Kudus, Edy Supratno mengungkapkan, sosok dr Loekmono Hadi merupakan pria yang dilahirkan di Temanggung, Jawa Tengah pada tahun 1906. Sosok Loekmono Hadi ini merupakan seorang dokter lulusan dari STOVIA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Loekmono Hadi dilahirkan di Temanggung, Jawa Tengah pada tahun 1906. Dia adalah seorang dokter lulusan STOVIA. Istrinya bernama Siti Sadji'ah, seorang perawat di rumah sakit, yang dikenal saat Loekmono Hadi studi di STOVIA. Hasil perkawinan itu Loekmono Hadi memiliki enam anak," terang Edy saat dihubungi via WhatsApp, siang ini.
Edy mengatakan Loekmono Hadi cukup dikenal oleh masyarakat pada waktu itu. Menurutnya Loekmono Hadi sering bersinggungan dengan masyarakat, karena posisinya sebagai kepala rumah sakit. Selain itu Loekmono Hadi juga membuka praktik kesehatan.
"Loekmono Hadi ini yang menjadi kepala rumah sakit Kudus sejak 1944. Kiprah Loekmono Hadi cukup dikenal oleh masyarakat karena selain memiliki jabatan di rumah sakit, Loekmono Hadi membuka praktik yang bersinggungan dengan orang banyak, yakni terkait kebidanan," ujar dia.
Loekmono Hadi menjabat menjadi kepala rumah sakit di Kudus sejak tahun 1944. Sebelum bertugas di Kudus, tugas terakhirnya adalah di Kabupaten Blora yang juga menjadi kepala rumah sakit.
Menurut Edy, Loekmono Hadi memiliki jasa bagi masyarakat Kudus saat terjadi Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Pada saat itu, Kota Kudus dibombardir oleh pesawat tempur oleh Belanda. Banyak masyarakat yang terkena sasaran tembak dan terluka. Oleh karena itu Loekmono dan istrinya sibuk membantu para korban Agresi Militer I.
"Pada saat Belanda melakukan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947, kota Kudus dibombardir dengan pesawat tempur. Banyak orang terluka karena sasaran Belanda adalah tempat-tempat umum. Loekmono Hadi dan istrinya sibuk membantu korban-korban perang. Loekmono Hadi yang mengobati di rumah sakit, Sadji'ah, istrinya yang membawa dari tempat-tempat sasaran tembakan ke rumah sakit," papar Edy.
"Loekmono Hadi ini menjadi korban PKI,karena waktu itu yang menjadi korban PKI ketika itu adalah elite-elite Kudus, seperti ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Kudus Raden Solecha, ketua Landraad (Tituler) Soedono, dan beberapa tokoh lainnya. Ketika itu Loekmonohadi bagian dari elite Kudus," terang Edy yang juga merupakan Dosen di STIBI Syekh Jangkung Pati.
Terpisah, Direktur RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus dr Abdul Aziz Achyar mengatakan dr Loekmono Hadi ini merupakan pimpinan di RSUD generasi pertama. Loekmono Hadi merupakan pimpinan asli pribumi yang menjadi kepala RSUD Kudus pada waktu sebelum dan sesudah kemerdekaan RI.
"Loekmono Hadi adalah pimpinan di RSUD generasi pertama yang asli pribumi, orang Indonesia asli. Karena sebelumnya tiga kali (pimpinan RSUD sebelumnya) ini adalah orang Belanda dan dari Jepang. Sehingga beliau memimpin sejak 1944 sampai dengan 1948," ujar dr. Aziz saat ditemui di RSUD Kudus, Selasa (11/8).
![]() |
"RSUD ini berdiri sejak tahun 1928, kemudian dari tahun itu sampai 1946 baru Loekmono Hadi sosok pribumi yang menjadi pimpinan RSUD Kudus. Lha beliau ini disini selama dua tahun, karena pergolakan politik sehingga pada 17 September hilang ditemukan pada 21 September di daerah Trangkil (wilayah Pati), baru ketahuan diculik oleh PKI. Jenazah dimakamkan di Sedio Luhur (Bakal Krapyak), tapi niat seperti itu layak menjadi pahlawan nasional," sambung dia.
Aziz mengatakan, Loekmono Hadi banyak memiliki jasa bagi masyarakat. Terutama di bidang kesehatan. Saat memimpin di RSUD Kudus pun, Loekmono pernah meraih penghargaan kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial oleh presiden RI Soekarno-Hatta.
"Pasti beliau humanis kepada masyarakat. Pada saat itu, di bidang kesehatan terbatas, dokter juga jarang, beliau lebih banyak membantu, membantu kepada masyarakat. Beliau juga pernah mendapatkan penghargaan kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial sebagai penghargaan atas jasa-jasa yang besar dalam lapangan perikemanusiaan pada umumnya, di bidang kesehatan pada khusus yang telah disumbangkan terhadap negara dan bangsa Indonesia," jelasnya.
Pihak rumah sakit kemudian memiliki gagasan untuk mengusulkan Loekmono Hadi menjadi pahlawan nasional. Gagasan tersebut pun saat ini tengah disusun kembali.
"Jadi gagasan usulan itu sudah ada mulai tahun 2018 lalu, kita sudah berencana tuntutan seminar 3 kali, rencana di UMK, Unissula dan di lingkungan RSUD Kudus, namun hingga kini belum terlaksana," ujar dia.
"Gagasan itu kita mulai susun kembali, kita juga menggandeng sejarawan Kudus (Pak Edy Supratno), harapannya agar gelar pahlawan nasional segera terealisasi," harap Aziz.
Diwawancara terpisah, Kabid Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Raden Roro Lilik NW mengungkapkan, pihaknya baru mengetahui jika ada gagasan usulan gelar pahlawan untuk dr. Loekmono Hadi Kudus. Terkait dengan usulan itu, menurut Lilik ada kajian sejarah hingga peran Loekmono Hadi untuk Indonesia sehingga layak dikukuhkan menjadi pahlawan nasional.
"Dinas baru tahu kalau ada usulan dr Loekmono Hadi sebagai pahlawan nasional. Terkait usulan tersebut tentunya ada kajian sejarah beliau (Loekmono Hadi) sampai pada peran beliau untuk Indonesia hingga dikukuhkan sebagai pahlawan nasional," ujar Lilik saat dihubungi lewat pesan singkat, siang ini.