Kegiatan doa menjelang pernikahan yang digelar satu keluarga etnis Arab di Solo mendadak berubah mencekam. Tiba-tiba sekelompok massa datang dan menyerang peserta acara. 3 orang mengalami luka. Sejumlah mobil pun dirusak.
Peristiwa bermula saat kelompok massa tersebut mendapatkan informasi ada kegiatan terlarang di lokasi kejadian di Mertodranan, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (8/8) sekitar waktu Magrib.
"Tadi malam mendapat informasi soal adanya kelompok intoleransi yang menggeruduk rumah salah satu warga di situ. Itu karena adanya salah satu kegiatan yang dianggap mereka tidak sesuai," kata Kapolresta Solo Kombes Andy Rifai di Mapolresta Solo, Manahan, Solo, Minggu (9/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video yang beredar, terlihat massa berteriak-teriak di depan rumah almarhum Assegaf bin Jufri itu. Mereka meminta kegiatan rangkaian acara pernikahan itu dibubarkan.
Polisi lalu berkomunikasi dengan perwakilan keluarga penyelenggara acara. Mereka bersedia meninggalkan lokasi dengan syarat sekelompok massa itu membubarkan diri.
Perwakilan keluarga mengaku khawatir jika mereka diserang ketika keluar rumah. Namun akhirnya mereka bersedia keluar dengan kawalan polisi.
Secara tiba-tiba oknum dari massa tersebut menyerang sejumlah peserta. Pelaku melakukan pemukulan hingga lemparan batu. Tiga korban merupakan warga Solo keturunan Arab.
"Ada tiga orang yang dilarikan di rumah sakit, kena lemparan batu di kepala. Awalnya dibawa ke RS Kustati, lalu dirujuk ke RS Indriati," kata Kapolsek Pasar Kliwon, AKP Adis Dani Garta.
Selain itu, sejumlah mobil juga dirusak oleh kelompok tersebut. Polisi masih mendata kerusakan yang terjadi akibat kejadian itu. "Mobil ada sekitar lima yang rusak. Tapi masih kita ada kerusakan-kerusakannya," ujar Adis.
Tonton video '3 Warga Solo Diserang Usai Ikuti Doa Pernikahan, Sejumlah Mobil Dirusak':
Selanjutnya: Banjir kecaman dari ulama, ormas hingga politikus
"Solo harus aman, harus adem. Jadi segala bentuk sikap anarkis, alasannya apapun, tidak dibenarkan oleh negara, tidak dibenarkan juga oleh agama," kata Habib Novel, saat dihubungi detikcom, Minggu (9/8/2020).
Dirinya juga sempat mendatangi lokasi sesaat setelah kejadian berlangsung. Dia ingin memastikan aparat menindak tegas pelaku penyerangan.
"Biar kejadian tidak meluas, saya datang ke sana, meminta polisi untuk bertindak tegas. Jangan ragu-ragu, kami mendukung langkah polisi untuk menindak tegas," ujar dia.
Pengasuh Majelis Ar-Raudhah itu mengaku tidak mempermasalahkan siapa korbannya. Namun dia menegaskan agar tindak main hakim sendiri tidak boleh terjadi lagi.
"Pokoknya ada umat Islam ataupun nonmuslim, saya nggak peduli, dikeroyok di dekat wilayah saya, maka saya harus memberikan dukungan pada polisi. Sikap intoleran ini tidak boleh ditoleransi. Apalagi di Solo. Solo harus aman, harus adem," katanya.
Anggota DPR RI Aria Bima juga mengecam penyerangan kepada peserta doa bersama rangkaian acara pernikahan di Solo. Menurutnya, tindakan pelaku merupakan cerminan peradaban barbar.
"Tindakan anarkis emosional semacam itu adalah cerminan dari peradaban barbar yang sama sekali melecehkan kesantunan wong Solo," kata Aria Bima di Solo, Minggu (9/8/2020).
Tindakan tersebut juga dirasa menambah permasalahan yang ada. Apalagi saat ini tengah terjadi wabah Corona.
"Dalam situasi negara sedang fokus menangani problem ekonomi dan problem COVID-19 saat ini, tentunya ketertiban dalam masyarakat dibutuhkan sebagai komponen pendukung," ujarnya.
Kecaman serupa juga disampaikan oleh GP Ansor Jateng, yang mendesak polisi segera menangkap para pelaku penyerangan tersebut.