Ada Pesan Toleransi tentang Kurban Kerbau Saat Idul Adha di Kudus

Ada Pesan Toleransi tentang Kurban Kerbau Saat Idul Adha di Kudus

Dian Utoro Aji - detikNews
Jumat, 31 Jul 2020 10:05 WIB
Penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban di Kudus, Jumat (31/7/2020).
Foto: Penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban di Kudus, Jumat (31/7/2020). (Dian Utoro Aji/detikcom)
Kudus -

Kabupaten Kudus, Jawa Tengah memiliki keunikan saat perayaan Hari Raya Idul Adha atau hari kurban dibandingkan dengan daerah lainnya. Bukan sapi yang disembelih oleh warga setempat, melainkan kerbau. Lantas apa pesan atau makna menyembelih hewan kerbau itu?

"Kudus itu memang unik ya, di Indonesia kebanyakan kalau kurban itu sapi ya kalau tidak kambing, tapi di Kudus itu istimewa karena sebagian besar menyembelihnya kerbau jadi sapi masih dianggap tabuh," kata Dosen Filsafat dan Budaya IAIN Kudus Nur Said saat dihubungi detikcom, Jumat (31/7/2020).

Kang Said begitu sapaan akrabnya mengatakan bahwa tradisi tidak menyembelih hewan sapi adalah bentuk strategi Sunan Kudus saat itu untuk berdakwah. Sunan Kudus saat itu, tutur Kang Said, berdakwah menyebarkan agama islam dengan merangkul bukan memukul. Apalagi masyarakat di Kudus waktu itu mayoritas menganut ajaran Hindu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dakwah yang toleran yang dilakukan Sunan Kudus saat itu, yang kebetulan adalah tradisi Hindu (saat itu di Kudus). Saya kira perlu dilestarikan saat ini kita dihadapkan dengan isu-isu toleransi termasuk munculnya islam transnasional yang cenderung ekstrim ya, maka kembali ke masa lalu untuk belajar sejarah, sesuatu yang mendesak harus dilakukan untuk media pembelajaran," ujar Kang Said yang juga peneliti Filsafat dan Budaya di Kudus.

Lebih lanjut, Kang Said tidak memungkiri ada beberapa kasus masyarakat di Kota Kretek yang bergeser menyembelih sapi. Namun itu tidak seberapa. Karena menurutnya, secara umum, termasuk dirinya masih melestarikan menyembelih kerbau saat Hari Raya Kurban.

ADVERTISEMENT

"Di kampung-kampung menyembelih sapi itu hanya beberapa kasus, tapi secara umum termasuk saya ikut di kampung sejak kecil kalau tidak kerbau ya kambing. Saya sampai sekarang meskipun belum pernah melihat yang menyembelih sapi, dari berita teman sudah ada yang menyembelih sapi. Kalau kita jalan luas kampung hingga kota masih banyak yang menyembelih kerbau," terang dia.

Kang Said menjelaskan bahwa tradisi menyembelih kerbau bukan tidak ada pesan atau makna. Menurut dosen IAIN Kudus ini di balik tradisi menyembelih kerbau ini ada pesan penting. Yakni ada toleransi. Dia mencontohkan seperti bangunan menara Kudus. Menara Kudus diketahui memiliki bangunan perpaduan akulturasi ini sebagai pesan toleransi kepada masyarakat.

Tonton video 'Batal Naik Haji, Calon Jemaah Haji Tunisia Sumbangkan Uangnya':

[Gambas:Video 20detik]



"Dibalik ini semua ada pesan penting, tradisi menyembelih kerbau ini ibarat media, sebagai mana bangunan menara Kudus. Menara Kudus ini sebagai pesan untuk menyampaikan pesan toleransi, pesan hidup tepa selira, maka meskipun ada kasus menyembelih sapi, tapi bagi generasi millenial perlu untuk melestarikan pesan - pesan menyembelih kerbau. Karena dibalik menyembelih kerbau ada pesan toleransi. Jadi kalau pun sekarang di Kudus ada sate kerbau, bukan yang lain, soto kerbau," papar dia.

Penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban di Kudus, Jumat (31/7/2020).Kompleks Menara dan Masjid Sunan Kudus. (Dian Utoro Aji/detikcom)

Oleh karena itu, di era sekarang Kang Said mengajak generasi millenial untuk tetap melestarikan budaya tersebut. Dia meminta jangan sampai tradisi menyembelih hewan kerbau di Kudus ini malahan hilang begitu saja.

"Tradisi menyembelih kerbau di kampanyekan, karena dibalik menyembelih kerbau ada pesan apa, itu bukan menyembelih apa, tapi pesannya menyembelih kerbau. Kalau menyembelih kerbau tidak ada lagi, media untuk menyaksikan pesan itu menjadi hilang. Itu (tradisi menyembelih kerbau) menjadi jejak sejarah. Di Kudus sudah ada bangunan modern, tapi menara Kudus pesan dakwah menara multikultural tetap ditanamkan untuk menyampaikan pesan tradisi itu," tandas Kang Said yang juga merupakan penulis buku the Minaret of Kudus, a message of peace from Indonesia for world.

Halaman 2 dari 2
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads