Makam-makam Tak Biasa di Jalanan Solo

Round-Up

Makam-makam Tak Biasa di Jalanan Solo

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 05 Jul 2020 12:48 WIB
Makam di pinggir jalan kampung Kota Solo, Selasa (30/6/2020).
Foto: Makam di pinggir jalan kampung Kota Solo, Selasa (30/6/2020). (Kartika Bagus/detikcom)
Yogyakarta -

Keberadaan makam seringkali identik dengan tempat angker. Namun, di Solo keberadaan makam-makam ini justru berada di pinggir jalan yang dekat dengan permukiman, bahkan ada juga yang di pertigaan jalan.

Salah satunya, makam Mbah Precet yang ada di Jl Abiyoso, Kampung Teposan, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Solo. Makam ini letaknya persis di sebelah barat berbatasan langsung dengan Gelanggang Olahraga (GOR) Sritex.

Keberadaan makam Mbah Precet itu pun diyakini sudah ada sejak puluhan tahun silam. Sosoknya diyakini sebagai tokoh yang disegani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang warga yang sempat tinggal di Kampung Teposan pada tahun 1969 hingga 1982, Sutiman Sastro Sarwono (76) bercerita lokasi makam Mbah Precet dulunya kompleks pemakaman umum.

"Bentuknya masih makam semua, SD Impress itu kuburan umum, yang beda ya satu thok Mbah Precet letaknya di luar makam di jalan," kata Sutiman saat ditemui di warung sotonya yang berada tak jauh dari Kampung Teposanan, Kamis (2/7/2020).

ADVERTISEMENT

"Sejak menempati itu, sekitar tahun 70-an sudah ada di situ lama sekali, tahu-tahu sudah dimakamkan di situ", sambungnya.

Dari cerita yang didengar Sutiman, Mbah Precet merupakan bromocorah atau penjahat. Namun, sosoknya dikenal bak Robin Hood yang mencuri untuk warga sekitar.

"Jadi dia itu pelaku pencurian (maling) untuk kompeni zaman dulu," terangnya.

Cerita mistis juga banyak dialami warga sekitar makam. Banyak warga yang nyekar ke makam Mbah Precet sebelum menggelar hajatan.

"Bancakannya pakai lemper, sambel goreng tolo, sama lontong dan kerupuk merah. Pokoknya ikut bancakannya Mbah Precet. Kalau tidak ada ritual bancakan, dipercaya orang yang punya hajatan selalu ada halangan, entah makanan nggak matang atau ada apa apa," kata istri Satiman, Saliyanti di lokasi yang sama.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua RT 02, RW 002 Kampung Teposan, Sriwedari, Laweyan, Solo, Kardi (46). Kardi menyebut banyak pengendara sepeda motor yang melintas di sekitar makam tiba-tiba menabrak tiang karena mengaku menghindari seseorang di lokasi tersebut.

"Pernah dan sering menyaksikan orang pakai motor tiba-tiba menabrak tiang telepon di dekat Makam Mbah Precet. Ketika ditolong bilangnya menghindari orang berdiri di dekat situ, padahal di dekat situ sepi nggak ada orang lain," kata Kardi saat ditemui Rabu (1/7).

Tak hanya makam Mbah Precet, ada juga tiga makam tanpa nama yang tempatnya juga tak biasa. Ketiga makam ini berlokasi di pertigaan jalan kampung di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.

Lokasi persisnya, ketiga pusara kecil tanpa nama ini berada di sudut barat laut Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon. Jika masuk dari pintu kecil Baluwarti sisi barat, makam tersebut terlihat di pertigaan jalan kampung.

Mungkin jika lewat di jalan itu, orang Solo pun belum tentu menyadari ada makam di tengah pertigaan. Ada dua pohon kecil yang berada di samping makam, sehingga membuat makam agak tak tampak. Menurut warga setempat, ketiga makam itu sudah ada sejak satu abad yang lalu. Hampir tak ada warga yang menjadi saksi hidup sejarah adanya makam itu.

Meski begitu, warga setempat mengetahui makam itu milik tiga bayi. Menurut Wulastri, warga yang tinggal berseberangan dengan makam, bayi-bayi tersebut meninggal karena hanyut di sungai. Ketiganya tidak ditemukan secara berbarengan.

"Dulu kan ini sungai, Jalan Kalilarangan itu sungai. Ketiganya bayi, hanyut di sungai, tapi tidak dalam waktu bersamaan," kata Wulastri warga yang tinggal berseberangan dengan makam, RT 03 RW 02 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Jumat (4/7).

"Namanya Nggoro Kasih, Den Bagus Kintir dan Mbok Roro Setu. Tapi tidak ditulis di makam," sambungnya.

Tiga buah pusara kecil tanpa nama berada di tengah pertigaan jalan kampung di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.Tiga buah pusara kecil tanpa nama berada di tengah pertigaan jalan kampung di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta. Foto: Bayu Ardi Isnanto

Awalnya makam mereka hanya rata dengan tanah, hingga akhirnya dibangun oleh orang tua Wulastri. Sekitar tahun 1966, makam tersebut diberi kijing olh ayah Wulastri, Cokrodipuro. Sementara ibunya menanam pohon di samping makam.

Saat ayahnya masih hidup, warga sempat ingin memindahkan makam itu karena mengganggu jalan. Namun akhirnya batal karena dikhawatirkan terjadi sesuatu hal buruk.

"Saat mau dipindahkan, bapak saya bilang silakan tapi tidak tanggung jawab kalau terjadi apa-apa. Karena saat bikin kijing ini saja, keluarga tukangnya langsung kesurupan," ujar Wulastri.

Hingga saat ini, makam masih dirawat. Bahkan masih ada peziarah yang mendatangi makam tersebut pada malam Jumat.

"Sejak saya lahir katanya itu sudah ada. Saya sendiri juga tidak tahu. Tapi sekarang masih ada warga yang merawat. Tiap malam Jumat kadang masih ada yang menaburi bunga," kata Ketua RW 02 Baluwarti, Gunadi.

Pemerintah Kota Solo pun belum berencana memindahkan makam tersebut. Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyebut makam Mbah Precet di Sriwedari, Laweyan, Solo jutru menjadi landmark bagi warga yang tinggal di daerah tersebut.

"Karena memang di situ merupakan salah satu monumen yang dikenang oleh warga masyarakat yang ada di sana. Karena dulu dengan adanya pembantaian dan sebagainya menurut sejarah," kata Rudy di kantor Balai Kota Solo, Jl Jenderal Sudirman, Solo, Kamis (2/7).

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads