Lanjutnya, perubahan tersebut ternyata berdampak luas di banyak sektor. Berubahnya aktivitas masyarakat akibat pandemi COVID-19 tersebut membuat dunia usaha, pariwisata, transportasi dan sektor lain menjadi lumpuh.
"Perlu ada mekanisme melonggarkan kebijakan terkait mobilitas dan aktivitas warga. Memang, di sisi lain, COVID-19 masih terus mengancam. Korban jiwa akibat virus corona pun terus bertambah. Di sinilah, pola hidup baru atau new normal akan diimplementasikan," katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (9/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Ditya menyebut new normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. New normal sendiri diharapkan menjadi new life style yang lebih mengedepankan sisi kesehatan dalam seluruh aspek kehidupan, dengan prinsip higienitas dan safety yang lebih tinggi.
Apabila protokol kesehatan tetap dapat dijalankan dengan konsisten dan disiplin, maka hal ini akan menjadi kebiasaan baru, sehingga tidak menjadi sebuah kendala dalam beraktivitas.
"New normal adalah satu-satunya jalan yang dapat ditempuh, selama vaksin COVID-19 belum ditemukan. Memang perlu adaptasi, edukasi dan sosialisasi terkait implementasi new normal," ujarnya.
"Proses edukasi dan sosialisasi inilah yang seharusnya selalu dilakukan, agar masyarakat memahami pentingnya menjaga kesehatan di era new normal, baik di kehidupan bermasyarakat dan bekerja," imbuh Ditya.
Saat ini, rancangan new normal dalam setiap bidang pekerjaan sedang didesain oleh lembaga pemerintah maupun non-pemerintah. Desain new normal ini akan terus berkembang, mengikuti perkembangan situasi.
"Demikian pula dengan desain infrastruktur dan peralatan di berbagai sektor, dipastikan harus mengikuti tatanan new normal. Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus bisa selalu beradaptasi dengan situasi, meretas batasan-batasan dengan memanfaatkan teknologi, berinovasi," katanya.
(mbr/mbr)