3 Warga Lereng Merapi di Klaten Mundur Jadi Penerima PKH, Ini Alasannya

3 Warga Lereng Merapi di Klaten Mundur Jadi Penerima PKH, Ini Alasannya

Achmad Syauqi - detikNews
Sabtu, 09 Mei 2020 17:22 WIB
Tumini  warga lereng Gunung Merapi di Klaten memutuskan mundur sebagai KPH
Foto: Tumini warga lereng Gunung Merapi di Klaten memutuskan mundur sebagai KPH (Achmad Syauqi/detikcom)
Klaten -

Di tengah pandemi Corona atau COVID-19 yang berdampak pada kondisi ekonomi, tiga keluarga penerima manfaat (KPM) program keluarga harapan (PKH) di lereng Gunung Merapi di Desa Keputran, Kecamatan Kemalang, Klaten justru mengundurkan diri. Tiga KPM itu ikhlas mundur sebagai penerima bantuan tunai pemerintah.

"Ya, pokoknya kalau melihat orang yang lebih susah rasanya kasihan. Suami saya juga sepakat mundur," kata Tumini (35) saat ditemui detikcom di lapak jualan buah di pasar Kembang, Kecamatan Kemalang, Sabtu (9/5/2020).

Tumini mengatakan keluarganya baru setahun terdaftar menjadi penerima bantuan PKH. Dirinya hanya bekerja membantu ibunya berjualan buah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehari -hari saya di pasar membantu ibu jualan buah. Suami saya sopir tapi saya yakin pasti cukup," lanjut Tumini.

Menurut Tumini, keluarganya masih layak menerima PKH. Sebab anaknya tahun ini masuk SMP dan seorang lagi naik kelas 2 SD.

ADVERTISEMENT

"Anak saya dua. Satu mau masuk SMP dan satu kelas 2. Pokoknya kerja pasti yakin cukup," tutur Tumini.

Tumini bercerita keinginannya mundur, sudah dirembug dengan suaminya. Suaminya juga setuju tidak lagi menerima PKH dari pemerintah.

"Kami berharap bantuan itu bisa dialihkan ke warga lain yang lebih susah dari saya. Saya dan suami lapor ke pendamping tapi tidak menduga bikin heboh," kata Tumini.

Selain Tumini, ada juga Suryani (35), dan suami Sawali (40). Sawali mengatakan niat keluarganya mundur dari penerima PKH tanpa paksaan.

"Masih banyak orang yang lebih susah dari keluarga saya. Biarlah untuk orang lain saja," kata Sawali pada detikcom.

Sawali yang bekerja sebagai sopir truk pasir itu mengaku penghasilanya sudah cukup untuk hidup. Sawali dan Suryani sendiri dikaruniai tiga anak.

"Anak saya tiga. Yang paling kecil masih satu tahun tapi kami ikhlas sebab rejeki kalau dicari pasti ada," lanjut Sawali.

Terpisah, Kades Keputran, Kecamatan Kemalang, Wuryanto mengaku awalnya tidak percaya ada tiga warganya yang memutuskan mundur dari PKH. Wuryanto bahkan meminta klarifikasi ke para pihak yang memutuskan mundur itu.

"Kami tak yakin lalu kami klarifikasi. Ternyata benar niat mereka ikhlas sampai saya tak tega," kata Wuryanto saat ditemui detikcom di balai desa.

Dari ketiga KPM, keluarga Tumini yang paling membuatnya heran. Sebab ibu dua anak itu bekerja dengan membantu menjual buah sementara suaminya sopir truk.

"Sehari-harinya hanya membantu jualan buah. Suaminya sopir tapi mereka ikhlas meskipun banyak orang saat ini ingin mendapatkan bantuan," jelas Wuryanto.

Sementara itu, Koordinator PKH Kabupaten Klaten, Theo Markis menyebut kejadian orang mundur dari PKH saat ini adalah kejadian langka. Sebab lebih banyak orang berharap bantuan pemerintah.

"Selama pandemi Corona ini belum ada yang mundur seperti itu. Yang ada malah dulu pernah tercoret dari data minta dimasukkan lagi," terang Theo.

Menurut Theo besaran terbaru PKH yang akan diterima warga untuk ibu hamil dan balita Rp 3.750.000/ tahun, siswa SD jadi Rp 1.250.000, SMP Rp 1.875.000 per tahun, SMA Rp 2,5 juta, lansia dan disabilitas Rp 3 juta.

"Ada penambahan untuk April, Mei, Juni. Penambahan setiap komponen itu dicairkan selama sebulan sekali tiga kali misalnya ibu hamil dari sebelumnya Rp 3 juta menjadi 3,75 juta yang Rp 750 ribu tambahan dicairkan 3x Rp 250 ribu," jelas Theo.

Halaman 2 dari 2
(ams/ams)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads