Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hari ini mengumumkan penambahan kasus positif virus Corona (COVID-19). Salah satunya yakni warga negara asing (WNA) asal India.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman melakukan tracing. Terutama terhadap jemaah tablig yang sempat berkontak dengan para WN India itu.
"Waktu hari Rabu (22/4) kan dilakukan RDT untuk takmir dan warga sekitar Masjid Al-Ittihaad sebanyak 14 orang, 6 di antaranya reaktif," kata Kepala Dinkes Sleman, Joko Hastaryo, Sabtu (25/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 6 orang warga yang reaktif itu, pihaknya lantas melakukan tracing. Salah satunya diketahui merupakan penerjemah untuk WN India asal Kecamatan Cangkringan, Sleman.
"Yang reaktif tersebut dilanjut tracing, antara lain penerjemah WNA yang tinggal di Cangkringan. Istri dan anaknya ternyata juga reaktif, plus satu lagi tetangganya juga saat rapid test menunjukkan hasil reaktif," terang Joko.
Selain enam takmir Masjid Al-Ittihaad dan tiga warga Cangkringan yang menunjukkan hasil reaktif saat rapid test, hari ini juga ada tambahan satu orang lagi yang menunjukkan hasil reaktif saat rapid test. Sehingga total ada 10 orang dari jemaah tablig itu yang menunjukkan hasil reaktif.
"Rabu (22/4) dari takmir ada 6 reaktif, pada hari Kamis (23/4) ada 3 yang dites 2 reaktif, Jumat (24/4) dites 35 ada 1 yang reaktif, hari ini (Sabtu) tadi pagi 30 dites ada 1 lagi reaktif. Total ada 10 orang," jelas Joko.
Warga yang menunjukkan hasil reaktif, semuanya telah dipindah di rumah sakit untuk dilakukan swab test.
"Ada yang dirawat di RSUD Sleman, RS Bhayangkara dan RSI PDHI Kalasan," katanya.
Joko menegaskan akan terus melakukan tracing terhadap jemaah tablig di Sleman. Pasalnya, WN India ini diketahui terus berpindah-pindah tempat.
"Tracing-nya masih terus berproses dan cukup melelahkan karena jemaah tabligh menyebar di banyak tempat," ungkapnya.
Terkait dengan kemungkinan adanya klaster baru, Joko menegaskan hal itu bisa saja terjadi. Namun, masih menunggu hasil PCR dari jemaah tablig yang menunjukkan hasil reaktif saat rapid test.
"Tergantung apakah ada warga sekitar dan takmir yang RDT reaktif ada yang positif atau tidak saat PCR-nya. Kalau ada ya bisa dibuat pohon klaster tersendiri," tutupnya.