Pandemi Corona, Produsen Kentongan di Klaten Ini Banjir Pesanan

Pandemi Corona, Produsen Kentongan di Klaten Ini Banjir Pesanan

Achmad Syauqi - detikNews
Selasa, 21 Apr 2020 15:28 WIB
Perajin kentongan di Dusun/Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten panen order, Selasa (21/4/2020).
Perajin kentongan di Klaten panen pesanan, Selasa (21/4/2020). (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)
Klaten -

Sebuah warung sup ayam di Jalan Karanganom-Janti, Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten disulap menjadi usaha kerajinan kentongan bambu. Usaha kentongan itu kini kebanjiran pesanan di tengah kekhawatiran masyarakat akan kriminalitas saat pandemi virus Corona atau COVID-19.

"Sekarang kondisi masyarakat itu tintrim (sepi), rawan kriminalitas. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan itu saya buat kentongan," kata pemilik usaha kentongan, Sucipto Edi Wibowo pada detikcom di warungnya, Selasa (21/4/2020).

Sucipto menjelaskan dari kondisi saat ini yang rawan itulah dirinya membuat usaha kentongan. Sebab usaha kuliner warung sup ayam miliknya sudah sepi terdampak Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warung sudah tutup sebulan yang lalu sebab sepi pembeli. Saya kemudian membuat kentongan dan ramai," lanjut Sucipto.

Perajin kentongan di Dusun/Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten panen order, Selasa (21/4/2020).Perajin kentongan di Dusun/Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten panen order, Selasa (21/4/2020). Foto: Achmad Syauqi/detikcom

Kentongan itu, terang Sucipto, diyakini lebih efektif dalam menangkal kejahatan. Sebab jika dengan ponsel tidak cepat terkomunikasikan.

ADVERTISEMENT

"Kentongan ini kan budaya kita. Kalau dengan HP saat ada maling bisa jadi HP diminta malingnya, tetapi dengan kentongan sekali pukul 100 orang bisa keluar rumah," lanjut Sucipto.

Usaha kentongan itu Sucipto disambut baik masyarakat. Sudah 650 kentongan dibuat dalam dua pekan ini. Sucipto menyebut pesanan paling banyak dari Solo dan Sukoharjo.

"Sudah 650 kentongan sejak usaha pembuatan dua pekan. Ini masih kurang dan pesanan terus datang," imbuh Sucipto.

"Ke Solo paling banyak. Dari Sukoharjo dan warga sekitar juga mulai datang permintaan," sambungnya.

Satu kentongan Sucipto dijual Rp 20.000. Bahan yang digunakan bambu khusus yaitu bambu legi. Bahan baku itu mudah diperoleh di sekitar desanya.

"Suaranya jenis bambu ini keras dan nyaring," papar Sucipto.

Untuk pemasaran di tengah pandemi COVID-19 tidak tatap muka langsung. Pesanan ditawarkan lewat medsos dan ponsel dan nanti diantar ke alamat pembeli.

"Pesanan bisa lewat WA atau telepon nanti diantar. Jadi tetap aman," pungkas Sucipto.

Seorang perajin kentongan Sucipto, Tri Bowo mengatakan empat orang pekerja bisa menyelesaikan 100 buah. Dengan pekerjaan berbeda.

"Kalau 100 buah bisa sehari tapi dikerjakan 4 orang. Satu memotong dan satu membuat lubang kentongan," jelas Tri.

Halaman 2 dari 2
(rih/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads