Sultan Kembali Menyapa, Ajak Warga Yogya Introspeksi di Tengah Krisis

Pandemi Corona

Sultan Kembali Menyapa, Ajak Warga Yogya Introspeksi di Tengah Krisis

Pradito Rida Pertana - detikNews
Selasa, 21 Apr 2020 10:41 WIB
Sultan menyapa, Selasa (21/4/2020).
Foto: Sultan menyapa, Selasa (21/4/2020). (Dok Humas Pemda DIY)
Yogyakarta -

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X kembali menyapa masyarakat melalui program #SultanMenyapa. Dalam sapaan yang memasuki jilid 2 ini, Sultan mengajak masyarakat introspeksi untuk berbagi dan bangkit bersama.

Berikut isi dari #SultanMenyapa jilid 2:

Introspeksi untuk Berbagi dan Bangkit Bersama

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Momentum ini adalah juga saat untuk kita introspeksi diri. Manekung, maneges mring Gusti, ke haribaan-Nya Yang Maha Pengampun. Saat ini juga mengingatkan saya ketika menggaungkan Maklumat Reformasi di hadapan ratusan ribu orang tahun 1998
bahwa kita akan bisa mengatasi masa krisis dengan baik.

ADVERTISEMENT

Tuhan telah membuka pintu mata hati kita. Hari ini, banyak diantara kita yang harus berpisah dengan orang-orang yang dicinta. Marilah kita mengingat, bahwa derita yang kita rasakan adalah pertanda kita hidup. Pengorbanan yang kita sandang harus terbaca agar kita menjadi kuat, dan bahwa kita tidaklah sendiri.

Untuk maju, kita harus bangkit.
Bangkit dari diam, dan bergerak,
Bangkit, agar kita berdaya,
Bangkit, karena kita percaya,
Marilah Saudara-Saudaraku, kita bangkit bersama agar hidup ini lebih bermakna.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji menjelaskan, maksud #SultanMenyapa jilid 2 ini kurang-lebih adalah hidup laksana cakra manggilingan, ada fase bahagia, di mana ada pula saat manusia merasakan derita. Semua itu adalah proses lumrah yang terjadi dalam kehidupan manusia, baik sebagai diri pribadi, sebagai makhluk sosial, pun sebagai bagian dari sebuah kehidupan besar yang bernama dunia.

Terlebih, manusia hidup harus piawai angon mangsa (menggelagat kondisi) bertindak tepat, sesuai dengan kondisi yang melingkupinya. Ada saatnya ketika asa demikian jauh dari pelupuk mata, saat itulah manusia harus menunduk, merenung dan berpikir secara keseluruhan, tak hanya dari satu sisi.

"Itulah yang disebut fase kontemplasi dan introspeksi. Introspeksi memerlukan sebuah keberanian, cermat pikir, tenang hati, dan kesiapan mengakui segala perbuatan, dimana dalam sesanti Jawa, disebut sebagai prinsip mulat sarira hangrasawani (pandai melakukan introspeksi)," katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (21/4/2020).

Ditya menjelaskan sejatinya setiap manusia pasti pernah mengalami krisis, bisa jadi karena disebabkan oleh dirinya sendiri ataupun disebabkan oleh faktor eksternal yang ada di lingkungannya. Perlu disadari bersama, kata Ditya, bahwa merasakan derita adalah pertanda kehidupan, bahwa derita pasti pernah dirasakan oleh manusia yang memiliki hati dan perasaan.

"Sekali lagi, ketika ada derita, pasti akan ada suka. Dimensi ini berlawanan, tetapi pasti dialami oleh setiap insan. Ketika akal pikiran tak mampu lagi menjangkau logika, berdoa memohon kepada Sang Khalik adalah ikhtiar terbaik," katanya.

"Manusia perlu mundur sapecak (seukuran telapak kaki), mengevaluasi apa yang sudah, sedang dan akan terjadi. Pun dengan kondisi saat ini, dimana banyak manusia merasa tertekan dan bahkan tak tahu harus berbuat apa akibat wabah Corona," lanjut Ditya

Apabila direnungkan, lanjutnya, ini adalah sebuah bencana global. Hampir seluruh dunia merasakan dampak wabah Corona. Ditya mengungkapkan saat inilah manusia harus bangkit bersama, saiyeg saekpraya (bekerja sama-bergotong royong), menyalakan kembali sebuah asa ketika optimisme menipis.

"Nyala atau nur yang harus dibangkitkan dan dipertahankan adalah sifat gotong royong yang sudah mendarah daging di seluruh hati warga. Penyemprotan disinfektan, pembatasan sosial mandiri, maraknya donasi dan distribusi bantuan swadaya menunjukkan bahwa nur itu masih ada dan semakin terang cahayanya," ujar Ditya.

Ditya menegaskan, itulah kekuatan sejati seorang manusia, di mana ego pribadi dilebur, dan diarahkan untuk saling membantu tanpa ada tendensi. Semua dilakukan dengan sadar, dengan melebur harapan bersama manusia lainnya, demi menuju kondisi yang lebih baik dalam situasi buruk sekalipun.

"Kita perlu memahami, bahwa bersatunya upaya lahiriah dan batiniah, madhep manteb menembah mring Gusti dan ngudi laku utama kanthi santosa ing budi akan membawa manusia selangkah lebih tenteram dalam situasi apapun. Kita tetap harus menjadi warga masyarakat yang migunani tumraping liyan dalam menghadapi realita kehidupan," katanya.

Selain itu, dia mengingatkan agar jangan merasa sendiri apalagi terhakimi dalam situasi ini, selalu selaraskan kehidupan dengan lingkungan dan alam. Ditya mengatakan, yakin marang samubarang tumindak kang dumadi (yakin akan kodrat Ilahi) dan yakinlah Tuhan tak pernah memberikan ujian yang tak mampu dilewati oleh umat-Nya.

"Mari kita melakukan introspeksi, lir handaya paseban jati, mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi, dan kemudian bangkit bersama, holopis kuntul baris (bekerja sama-bergotong royong), mbangun bebrayan tumuju raharjaning praja. Melalui berdoa dan berupaya, segala bencana dan pageblug (wabah) pasti dapat dilewati bersama, agar kita hidup kembali tenang dan bahagia seperti sediakala," ucap Ditya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads