Pemkab Sragen meminta tiap desa menyiapkan tempat karantina khusus bagi para pemudik yang membandel di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati meminta pihak desa menyiapkan rumah kosong dan berhantu untuk mengkarantina paksa para pemudik yang tidak mau jalani karantina mandiri 14 hari.
"Kita semua sudah bekerja keras untuk menanggulangi pandemi ini. Termasuk setiap para pemudik, kita terima dengan baik, lalu diminta menandatangani komitmen untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari," kata Yuni kepada wartawan, Senin (20/4).
Yuni memastikan pemudik yang ngeyel emoh dikarantina bakal dimasukkan ke rumah berhantu. Yuni juga menegaskan pemudik ngeyel itu bakal dikunci dari luar. "Jika masih ada yang nekat, saya persilakan desa untuk melakukan langkah tegas. Kalau ada rumah kosong dan berhantu, masukkan di situ. Kunci dari luar," tegasnya.
Yuni menyebut keputusan ini diambil setelah menerima banyak laporan dari desa tentang pemudik yang tidak mentaati aturan karantina mandiri. Meski dikarantina di lokasi khusus, dirinya meminta pihak desa memastikan kondisi para pemudik tetap baik.
"Kalau memang ngeyel, silakan. Sudah ada dua desa yang lapor ke saya. Satu di Kecamatan Plupuh dan satu lagi di Desa Sepat Kecamatan Masaran. Tapi saya minta makanan mereka diperhatikan. Kesehatan juga terus dipantau," ujar Yuni.
Pantauan detikcom, di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, saat ini sudah beberapa orang yang dikarantina paksa. Menurut pihak desa, rumah karantina tersebut memang sudah lama tak dihuni sehingga memiliki kesan angker bagi warga sekitar.
"Karena kemarin konsultasi sama bupati, kita dibolehkan melakukan karantina para pemudik yang bandel. Akhirnya dipilih lokasi itu. Gedungnya lama nggak dipakai sehingga kesannya rumah hantu gitu. Kita bersihkan kita kasih tempat tidur bersekat," terang Kepala Desa Sepat, Mulyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak video Pemerintah: Jangan Mudik, Agar Tak Tambah Risiko Penularan Corona: