Tak Cuma Ancaman! Pemudik Sragen Membandel Dikurung di Rumah Angker

Round-Up

Tak Cuma Ancaman! Pemudik Sragen Membandel Dikurung di Rumah Angker

Andika Tarmy - detikNews
Selasa, 21 Apr 2020 08:09 WIB
Suasana rumah karantina khusus di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, Senin (20/4)
Rumah karantina khusus di Desa Sepat, Masaran, Sragen. (Foto: Andika Tarmy)
Sragen -

Pemkab Sragen meminta tiap desa menyiapkan tempat karantina khusus bagi para pemudik yang membandel di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati meminta pihak desa menyiapkan rumah kosong dan berhantu untuk mengkarantina paksa para pemudik yang tidak mau jalani karantina mandiri 14 hari.

"Kita semua sudah bekerja keras untuk menanggulangi pandemi ini. Termasuk setiap para pemudik, kita terima dengan baik, lalu diminta menandatangani komitmen untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari," kata Yuni kepada wartawan, Senin (20/4).

Yuni memastikan pemudik yang ngeyel emoh dikarantina bakal dimasukkan ke rumah berhantu. Yuni juga menegaskan pemudik ngeyel itu bakal dikunci dari luar. "Jika masih ada yang nekat, saya persilakan desa untuk melakukan langkah tegas. Kalau ada rumah kosong dan berhantu, masukkan di situ. Kunci dari luar," tegasnya.


Yuni menyebut keputusan ini diambil setelah menerima banyak laporan dari desa tentang pemudik yang tidak mentaati aturan karantina mandiri. Meski dikarantina di lokasi khusus, dirinya meminta pihak desa memastikan kondisi para pemudik tetap baik.

"Kalau memang ngeyel, silakan. Sudah ada dua desa yang lapor ke saya. Satu di Kecamatan Plupuh dan satu lagi di Desa Sepat Kecamatan Masaran. Tapi saya minta makanan mereka diperhatikan. Kesehatan juga terus dipantau," ujar Yuni.

Pantauan detikcom, di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, saat ini sudah beberapa orang yang dikarantina paksa. Menurut pihak desa, rumah karantina tersebut memang sudah lama tak dihuni sehingga memiliki kesan angker bagi warga sekitar.

"Karena kemarin konsultasi sama bupati, kita dibolehkan melakukan karantina para pemudik yang bandel. Akhirnya dipilih lokasi itu. Gedungnya lama nggak dipakai sehingga kesannya rumah hantu gitu. Kita bersihkan kita kasih tempat tidur bersekat," terang Kepala Desa Sepat, Mulyono.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak video Pemerintah: Jangan Mudik, Agar Tak Tambah Risiko Penularan Corona:

ADVERTISEMENT



Dari ketiga pemudik yang menghuni rumah hantu tersebut, lanjut Mulyono, dijemput oleh Satgas COVID-19 desa karena ketahuan keluar rumah. Meski awalnya enggan, para pemudik tersebut akhirnya menurut setelah diberi pengertian oleh petugas.

"Ya kita memang agak memaksa. Bagaimana lagi, karena ini demi kebaikan seluruh warga. Kami harapkan hal ini menjadi pelajaran bagi warga lain untuk menuruti aturan," imbuhnya.


Salah seorang pemudik, Heri Susanto menceritakan awal mula dia jadi penghuni rumah angker.

"Anak saya minta mainan, semacam tenda-tendaan gitu. Lalu saya antar beli ke Sragen (kota). Pulangnya saya ketangkap sama Satgas (COVID-19 Desa Sepat). Saya ditarik gitu aja," ujar pria yang selama ini merantau di Lampung ini kepada detikcom di lokasi karantinanya.

Warga Desa Sepat, Kecamatan Masaran ini mengungkap dia akhirnya ditempatkan di lokasi karantina khusus. Dia juga mengaku menyesal tak disiplin menjalani karantina mandiri selama 14 hari seperti yang diminta pemerintah.

"Saya ikut aturan, lah. Saya menyesal. Terpaksa nggak bisa ketemu sama keluarga, tapi saya tahu ini demi keamanan," lanjutnya.


Untuk mengurangi rasa kangen dengan keluarga, Heri hanya bisa melakukan panggilan video call. Belum lagi, gedung yang ditempatinya banyak disebut warga sekitar sebagai rumah hantu.

"Pasrah saja sama Allah. Untuk pelajaran lah. Aturannya sudah bagus, saya yang melanggar," kata Heri.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads