Kala Ritual Unggahan Bonokeling Digelar Sederhana Saat Pandemi Corona

Kala Ritual Unggahan Bonokeling Digelar Sederhana Saat Pandemi Corona

Arbi Anugrah - detikNews
Sabtu, 18 Apr 2020 09:05 WIB
Tradisi Unggah-unggahan Masyarakat Desa Bonokeling digelar sederhana saat pandemi Corona, Jumat (18/4/2020)
Foto: Tradisi Unggah-unggahan Masyarakat Desa Bonokeling digelar sederhana saat pandemi Corona (dok. Ist)
Banyumas -

Ada yang berbeda dari pelaksanaan Ritual Unggahan atau Sadran di Kabupaten Banyumas dan Cilacap. Ritual yang digelar Komunitas adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas lebih sederhana.

Ritual Unggahan yang biasanya diikuti lebih dari 1.000 orang, kemarin hanya diikuti oleh 12 orang tetua adat yang terdiri dari juru kunci dan bedogol. Ini dilakukan untuk mengikuti imbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan massa saat pandemi virus Corona atau COVID-19.

"Kami harus meyakinkan beberapa kali kepada para sesepuh di sini, dan syukurlah akhirnya, kasepuhan mengikuti apa yang telah menjadi arahan pemerintah, demi kebaikan bersama," kata juru bicara Komunitas Bonokeling, Sumitro kepada wartawan, Sabtu (18/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumitro mengaku sedih dan prihatin prosesi Unggah-unggahan yang biasanya diikuti lebih dari 1.000 anak putu Bonokeling itu tidak bisa digelar seperti biasanya. Biasanya saat prosesi unggah-unggahan ini digelar anak putu Bonokeling berdatangan dari berbagai kota serta mengikuti prosesi jalan kaki dari Cilacap menuju ke Desa Pekuncen dengan membawa hasil bumi.

Setelah itu hasil bumi tersebut dimasak dan dimakan bersama-sama atau kepungan usai prosesi ziarah ke makam Bonokeling. Kini proses masak tersebut hanya dilakukan oleh para tetua adat dengan menyembelih satu ekor kambing hitam dan beberapa ekor ayam saja.

ADVERTISEMENT

"Saya sangat nggrantes (rasa sedih yang mendalam), karena tidak bisa menggelar acara Unggah-unggahan seperti biasanya, bahkan Pak Kades sampai menangis. Karena beliau sangat tahu, bagaimana saat unggah-unggahan dilaksanakan pada waktu normal, dibandingkan dengan saat sekarang ini," tutur Sumitro.

"Bayangkan saja, sekarang hanya diikuti oleh 12 orang saja. Mereka adalah kunci (pemimpin) dan bedogol (tetua Bonokeling). Mereka yang melakukan prosesi sowan (datang) ke makam Bonokeling," sambungnya.

Meski begitu, para tetua adat maupun anak putu Bonokeling memahami saat ini harus mengikuti arahan pemerintah. Ini dilakukan demi kebaikan bersama dan mencegah penyebaran virus Corona.

"Kami mengikuti arahan, demi kebaikan semuanya, meski di desa ini masih tetap aman. Namun, untuk melakukan pencegahan, maka unggah-unggahan dilaksanakan dengan diwakilkan kepada para kasepuhan," ucap Sumitro.

Foto: Tradisi Unggah-unggahan Masyarakat Desa Bonokeling digelar sederhana saat pandemi Corona, Jumat (18/4/2020) (dok. Ist)

Sumitro menyebut saat ini anak putu Bonokeling juga diminta untuk tetap di rumah. Mereka juga diminta menyelenggarakan prosesi selametan di rumahnya masing-masing.

"Kami semua berdoa semoga Corona cepat berlalu. Semoga semuanya ada hikmahnya, setelah Corona ada kemudahan-kemudahan yang diperoleh masyarakat semua," tuturnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads