dr Tirta Soal Stigma pada Tenaga Medis dan Pasien: Kena Corona Bukan Aib!

dr Tirta Soal Stigma pada Tenaga Medis dan Pasien: Kena Corona Bukan Aib!

Tim Detikcom - detikNews
Rabu, 08 Apr 2020 11:25 WIB
Dokter Tirta Mandira Hudhi atau dr Tirta saat diskusi Bagaimana Bereaksi Sosial Lewat Sosial Media, Selasa (7/4/2020).
Dokter Tirta Mandira Hudhi atau dr Tirta (Tangkapan layar Zoom)
Yogyakarta -

Dokter Tirta Mandira Hudhi atau dr Tirta, yang sekaligus influencer, berbicara tentang fenomena stigma oleh masyarakat terhadap tenaga medis maupun pasien virus Corona atau COVID-19. Dia menegaskan terkena virus Corona bukanlah aib.

"Jangan ada stigma negatif pada tenaga kesehatan ataupun pasien COVID-19 karena orang kena COVID-19 itu bukan aib," katanya saat diskusi secara daring bertajuk 'Bagaimana Bereaksi Sosial Lewat Soscal Media' dalam keterangan yang dikirim Humas Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (7/4/2020).

Dalam diskusi yang diselenggarakan Satgas COVID-19 UGM dan tim HPU dalam rangka peningkatan keterampilan edukasi dan aksi sosial secara daring dalam penanganan COVID-19, dr Tirta menegaskan yang seharusnya dijauhi adalah virusnya, bukan orangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam menanggapi fenomena ini, dia menjelaskan relawan termasuk agen yang memiliki peran penting untuk meluruskan stigma negatif yang berkembang di masyarakat selain memutus mata rantai penyebaran virus Corona itu sendiri.

"Jadi relawan itu ada medis dan nonmedis. Relawan medis berjuang langsung dengan pasien dan relawan nonmedis berjuang di belakang dengan edukasi dan prevensi," jelas alumnus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM ini.

ADVERTISEMENT

Dalam mengedukasi masyarakat, lanjut dr Tirta, relawan diharapkan dapat memahami karakteristik masyarakat terlebih dahulu. Misalnya, ketika berhadapan dengan masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti di terminal, pasar, dan lainnya, penyampaiannya menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal.

Simak juga Video Penumpang KM Lambelu Terjun ke Laut, Panik Ada Suspect Corona:

"Kalau kelas menengah ke atas pakai IG (Instagram) saja kelar. Kalau kelas menengah ke bawah, harus didatengin dan diajari langsung. Ada contoh, seperti cara cuci tangan yang benar, pakai masker, cara batuk, dan lainnya," tuturnya.

dr Tirta menyampaikan, dalam bertugas mengedukasi masyarakat, relawan diharapkan bekerja berdasarkan data dari sumber tepercaya, seperti WHO, CDC, Kemenkes, dan dinkes. Edukasi yang bisa dilakukan antara lain terkait pola hidup bersih dan sehat (PHBS), physical distancing dan social distancing, hindari stigmatisasi tenaga kesehatan dan pasien COVID-19, tidak mudik, dan lainnya.

"Rumus menangani COVID ini adalah tidak takut, tapi waspada. Tidak meremehkan, tapi tenang," lanjutnya.

Dalam diskusi tersebut turut disampaikan cara berkomunikasi untuk aksi sosial di media sosial oleh Dr Supriyati, dosen FKK-MK UGM. Dia memaparkan terdapat sejumlah permasalahan yang biasanya terjadi saat berkomunikasi. Antara lain, pesan tidak sesuai dengan kebutuhan sasaran, pesan tidak diterima sesuai persepsi pengirim pesan, pesan yang disampaikan tidak teramini kebenarannya, serta tidak memperhatikan empati.

"Gunakan komunikasi dengan empati dan pastikan timing-nya tepat," terangnya.

Dia pun membagikan sejumlah tips agar komunikasi yang dijalankan dapat berjalan secara efektif dan pesan bisa tersampaikan dengan baik. Salah satunya dengan menguasai materi atau pesan yang akan disampaikan. Selain itu, menerapkan keterampilan dasar komunikasi dengan baik seperti self discourse, mendengar, bertanya, serta keselarasan verbal dan nonverbal.

Berikutnya, kata Supriyati, harus ada upaya menumbuhkan empati, membangun hubungan, dan mendorong gerakan sosial.

"Pada prinsipnya, aksi sosial yang teman-teman lakukan sebagai relawan adalah melakukan pendidikan kesehatan dengan memberi informasi, mengedukasi dan memberdayakan masyarakat. Hal kecil yang kita lakukan bersama-sama dan konsisten akan menghasilkan perubahan besar," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads