Prediksi ini mengacu pada data pasien positif Corna hingga Kamis (26/3) ditambah dengan asumsi intervensi ketat dari pemerintah sejak Minggu ketiga Maret 2020. Efek pemudik dari kota besar yang terdampak COVID-19 selama physical distancing sejak minggu ketiga Maret diasumsikan tidak signifikan.
Model ini juga membatasi terkait efek-efek eksternal lainnya, seperti suhu udara, jumlah populasi, dan kepadatan penduduk. Efek eksternal ini diasumsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penderita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi menerangkan model dasar yang mereka gunakan adalah model teori antean. Model ini mengasumsikan pasien datang ke rumah sakit sebagai penderita COVID-19 positif dan mengikuti proses antrean Markovian.
Dedi menyebut model PDDM ini lebih baik menggambarkan total data penderita COVID-19. Alasannya model PDDM meski sederhana tapi bisa memberikan akurasi prediksi satu harian ke depan yang sangat baik.
"Alasan kedua, model PDDM juga memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh model-model lain yang diuji dan dikembangkan sebelumnya," terangnya.
Dedi mengklaim berdasar model PPDM rata-rata eror kesalahan prediksi selama dua minggu terakhir hanyalah sebesar 1,5 persen. Setelah diujikan prediksi selama empat hari terakhir sejak Kamis (26/3) model ini ternyata sangat akurat, dengan eror yang dihasilkan selalu di bawah 1 persen.
"Eror maksimum sebesar 0.9 persen dan minimum 0.18 persen," ucapnya.
(ams/sip)