Penampilan gundul para pembina Pramuka SMPN 1 Turi saat dihadirkan sebagai tersangka tragedi susur sungai yang menewaskan 10 siswi menuai sorotan. Penggundulan ini menuai kecaman dari asosiasi guru namun akhirnya ditepis para tersangka demi alasan keamanan.
Kritik penggundulan para pembina Pramuka yang juga merupakan guru di SMPN 1 Turi ini datang dari Ikatan Guru Indonesia (IGI). Mereka memprotes tindakan polisi yang memperlakukan guru sama seperti pelaku kriminal lainnya.
"Kami mengkritik perlakuan polisi terhadap guru. Seolah-olah mereka ini pencuri ayam yang harus digunduli dan sebagainya. Yang korupsi triliunan aja nggak dicukur kan. Kasihan ini guru belum-belum digunduli," kata Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim kepada wartawan, Rabu (26/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramli mengakui tragedi susur sungai SMPN 1 Turi menggambarkan lemahnya kompetensi guru. Namun, menurutnya musibah memang sukar dihindari.
"Ini lemahnya kompetensi guru kita. Kejadian ini tak perlu terjadi. Harusnya memperhatikan kondisi cuaca dan medan yang dihadapi. Tapi sekali lagi ini kan musibah. Tidak ada unsur kesengajaan," ujar Ramli.
Hal senada juga disampaikan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). FSGI juga menilai polisi berlebihan terkait penggundulan ketiga tersangka Isfan Yoppy Andrian (36), Riyanto (58) dan Danang Dewo Subroto (58) ini.
"Pihak kepolisian jangan terlalu berlebihan: menggelandang; memamerkan guru di depan media, digunduli, dan perlakuan selayaknya pelaku kriminalitas berat. Sebab itu berpotensi akan menggiring opini masyarakat bahwa Tersangka Guru adalah pelaku kejahatan berat," kata Sekjen Heru Purnomo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/2/2020).
![]() |
Selain itu, Heru mengatakan bahwa seharusnya polisi menghormati guru. Menurutnya, polisi tidak perlu sampai mempermalukan tampilan para guru ini.
"Seharusnya pihak kepolisian memberikan perlindungan dalam bentuk menghormati dan menghargai tampilan tersangka di depan publik dengan tidak mempermalukan tampilannya dalam bentuk digunduli seperti pelaku kriminal berat," jelas Heru.
Buntut penggundulan ini, Pemerintah Kabupaten Sleman bersama perwakilan PGRI DIY dan LKBH PGRI DIY mendatangi Polres Sleman untuk meninjau langsung soal kondisi para tersangka. Tim Propam Polda DIY juga dikerahkan untuk menginvestigasi penggundulan ini.
Simak juga video Guru Tersangka Tewasnya 10 Siswi dalam Susur Sungai Minta Maaf:
Selidik punya selidik, para tersangka mengaku meminta dicukur gundul. Alasannya, mereka tak mau dibedakan dengan tahanan lainnya demi alasan keselamatan.
"Jadi kalau gundul itu memang permintaan kami. Jadi pada dasarnya demi keamanan, karena kalau saya tidak gundul banyak yang melihat saya itu (mudah dikenali)," ujar tersangka Isfan Yoppy.
Isfan Yoppy menambahkan dia juga tidak ingin dibedakan dengan tahanan lain. Sebab, di dalam sel semua tahanan berpenampilan sama. Ini juga terkait dengan keselamatannya selama di tahanan.
"Kalau gundul kan sama-sama di dalam gundul juga jadi ini permintaan kami. Termasuk pakaian juga kami samakan kalau berbeda nanti saya juga takut. Tapi kalau di dalam sama-sama gundul, bajunya juga sama, jadi melihatnya nggak terlalu bisa spesifik ke saya," ungkapnya.
Dia juga mengatakan tak ada tekanan dari polisi kepada dia dan dua tersangka lainnya. "Kami bertiga pasti di-support diberi dukungan moral sehingga hati kami semakin kuat," beber Isfan Yoppy.
Sementara itu, Kapolres Sleman AKBP Rizky Ferdiansyah menyampaikan pada prinsipnya polisi telah melakukan penanganan hukum dengan hati-hati. Apalagi kasus tragedi susur Sungai Sempor yang menewaskan 10 sisiwi SMPN 1 Turi itu telah menjadi perhatian nasional.
"Karena kasus ini sudah menjadi atensi nasional maka kami melakukannya sesuai prosedural tidak mungkin kita melakukan proses ini dengan semena-mena," tegas Rizky.
Polres Sleman, kata Rizky, punya aturan internal. Ditambah Propam Polda DIY juga sudah turun untuk melakukan pemeriksaan.
"Kita punya aturan internal dan saat ini dari anggota Propam Polda DIY juga sudah turun untuk melakukan pemeriksaan pada anggota kami," jelasnya.