Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti akan membentuk satuan tugas (satgas) untuk membantu kepolisian menangani aksi klitih atau kejahatan jalanan yang kembali marak terjadi di Kota Budaya. Haryadi tidak ingin Yogyakarta dicap sebagai 'Kota Klitih'.
"Jangan sampai seperti itu (dicap 'Kota Klitih'). Kami komitmen dan membentuk satgas pencegahan kejahatan jalanan," kata Haryadi saat dihubungi detikcom, Rabu (5/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haryadi menjelaskan satgas tersebut koordinasi lintas instansi yakni Pemkot, Polresta, TNI, dan kampung. Tugasnya nanti lebih fokus kepada upaya pencegahan kejahatan jalanan yang berpotensi dilakukan oleh anak usia sekolah.
"Satgas di sektor hulu, kami fokus pada pencegahan, bukan penindakan. Kalau penindakan itu nanti ke Polri," ujarnya.
Satgas tersebut akan diluncurkan dalam waktu dekat ini dengan dasar surat keputusan (SK) wali kota. "Dibentuk dengan SK wali kota, satu dua hari ini sudah mulai bekerja," terang Haryadi.
"Kami juga akan melibatkan PKK, kampung, satuan masyarakat kami tingkat kelurahan. Kami fokus pada pencegahan," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, focus group discussion (FGD) yang digelar Polda DIY dalam menangani klitih mencuatkan konsep baru, yakni melibatkan peran kampung. Pelibatan itu diharapkan dapat mendorong orang tua untuk mencegah anaknya terjerumus tindak kejahatan jalanan.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Bambang Wisnu Handoyo, mengungkapkan sudah banyak diskusi terkait klitih. Mayoritas hasil diskusi itu berujung pentingnya peran keluarga, sekolah, dan polisi.
Menurutnya, hasil bahasan tersebut tidak membuat aksi klitih berkurang. Karena itu, ia menginginkan peran kampung dalam menangani aksi klitih.
"Semua orang membuat diskusi, FGD, dan workshop. Sebenarnya kata kuncinya tetap sama di mana-mana itu, yakni faktor keluarga, pola asuh, sekolah. Nah, yang bikin jengkel saya kenapa tidak pernah jadi bebannya desa atau kampung," ucap Bambang saat ditemui di Mapolda DIY, Selasa (4/2).
Menurutnya, pelibatan kampung diharapkan dapat mengurangi, bahkan mencegah, aksi klitih di Yogyakarta. Sebab, nama baik kampung tempat pelaku klitih tinggal itu menjadi taruhan.
"Jadi sekarang itu sekolah harus dibebaskan dari predikat klitih, artinya kalau ada pelaku klitih kecekel (tertangkap), tidak harus ditanya (asal) sekolahnya, tapi kampungnya saja. Sehingga harapannya pelaku-pelaku klitih itu diawasilah di kampung," katanya.
Terpisah, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyiapkan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Ketahanan Keluarga sebagai respons kembali maraknya aksi klitih. Saat ini draf pergub masih dibahas.
"Belum (keluar Pergub Ketahanan Keluarga). Aspek pelanggaran hukum kan di polisi. Kita hanya bagaimana membangun keluarga tangguh," kata Sultan saat ditemui wartawan di Jalan Kenari, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Rabu (5/2).
"Dalam arti, keluarga tangguh itu bagaimana kalau keluarga itu punya persoalan, ya kita harus bisa membangun dialog dengan keluarga itu apa yang mungkin kita bisa bantu, gitu. Nah, dari situ kita sepakat membuat Pokja (kelompok kerja), karena kita melibatkan psikolog dan sebagainya," sambung Sultan.
Menyoal kapan pergub tersebut selesai, Ngarsa Dalem mengatakan pada pertengahan bulan ini tim perancang pergub akan mempresentasikan draf.
"Itu janjinya dari tim itu satu bulan, ya nanti kira-kira baru pertengahan bulan ini presentasinya," ucapnya.
Menanggapi maraknya aksi klitih yang melibatkan pelajar, Sultan menilai tidak semua aksi klitih melibatkan pelajar. Menurutnya, pemicunya berasal dari aspek keluarga. Karena itu saat ini Pemda DIY tengah menggodok pergub tersebut.
"Ya, belum tentu ya pendidikan, ya. Ya tapi bagaimana itu kan kehidupan keluarga. Kita bukan intervensi pada aspek keluarganya tapi mungkin dia punya problem, mungkin problem bapak ibunya sehingga ia tidak nyaman tinggal di rumah, atau mungkin dia sekadar ikut-ikut teman-temannya," katanya.
"Hal-hal seperti ini kan mungkin bisa, tapi kalau itu tidak pernah kita lakukan dialog, hanya tindakan hukum juga tidak akan menyelesaikan," imbuh Sultan.