"Mereka seperti menyembah ke makam, jumlahnya ada puluhan orang waktu itu. Mereka tidak pakai pakaian adat karena kan itu jam 2 pagi dan kondisi waktu itu hujan," kata Kartijo (47) saat ditemui di lokasi kontrakan Toto, Jumat (17/1/2020).
Kartijo adalah tetangga sekaligus yang mengurusi rumah kontrakan Toto, Dusun Berjo Kulon RT 05 RW 04, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kartijo menjelaskan, puluhan orang yang dia lihat itu melakukan ritual sekitar 30 menit.
"Ritualnya sepertinya hanya 30 menit. Itu para anggotanya kan sudah datang dari sore," terangnya.
Ia menambahkan, pada saat kemunculan makam, ada banyak bunga yang ditaburkan. Selain itu di sekitar makam ada lilin yang dinyalakan, dupa dan kurungan ayam.
"Pertama kali nggak kelihatan makamnya, isinya bunga semua, lilin, dupa dan kurungan ayam. Lalu anggota menghadap makam dengan nyembah-nyembah makam," bebernya.
![]() |
Lebih lanjut, Kartijo menjelaskan setiap kali ada rapat yang dilakukan oleh Toto dan pengikutnya, biasanya disusul dengan ritual lain.
"Biasanya kalau ada rapat ini akan ada ritual. Larungan di Merapi, Dieng, atau Parangkusumo," jelasnya.
Mereka yang datang, kata Kartijo, biasanya merupakan para pengikut dari Purworejo. Sedangkan warga sekitar tidak ada yang ikut.
"Itu anggota dari Purworejo, kalau warga (setempat) tidak ada," ujarnya.
Simak Juga "Yang Tersisa dari Keraton Agung Sejagat: Kolam hingga Prasasti"
(rih/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini