"Terpilihnya pendiri Gojek, Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membawa dua kejutan besar. Pertama, latar belakang dia yang tidak berasal dari dunia pendidikan seperti menteri-menteri sebelumnya. Kedua, dihapusnya nomenklatur pendidikan tinggi dari Kabinet Indonesia Maju," kata Suwarto dalam keterangannya kepada detikcom, Kamis (24/10/2019).
Suwarto menilai terpilihnya Nadiem sebagai Mendikbud juga memunculkan optimisme bahwa Nadiem akan membawa angin segar yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan Indonesia. Yakni perguruan tinggi didorong untuk bisa menghasilkan inovasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenristekdikti, lanjutnya, saat itu juga mendorong perguruan tinggi untuk lebih gencar menghasilkan publikasi ilmiah dengan memberikan berbagai fasilitas dan insentif.
Hasilnya cukup signifikan, kata Suwarto, pada tahun 2018 tercatat 28.000 publikasi ilmiah dihasilkan oleh akademisi Indonesia. Angka ini dipastikan terus meningkat dan pada tahun 2020 Indonesia akan menggeser posisi Malaysia sebagai penghasil publikasi ilmiah terbanyak di kawasan ASEAN.
"Kemajuan suatu bangsa, 40 persen ditentukan oleh inovasi-inovasi yang dihasilkan. Namun, inovasi yang dihasilkan kita masih rendah," ujarnya.
Berdasarkan laporan Global Innovation Index 2019 menempatkan Indonesia di posisi kedua terendah setelah Kamboja di antara negara-negara ASEAN dari segi kemampuan berinovasi.
"Sehingga para akademisi di perguruan tinggi ini harus didorong untuk menghasilkan inovasi yang mampu mendatangkan manfaat riil," ucapnya.
Sehingga, imbuh Suwarto, kehadiran Nadiem menjadi harapan baru untuk menjawab permasalahan besar tersebut.
"Dengan pengalamannya sebagai entrepreneur, Mendikbud baru diharapkan dapat menciptakan link and match antara pendidikan tinggi dan dunia pekerjaan," ujarnya.
Suwarto juga menginginkan agar dunia pendidikan tinggi harus direvitalisasi agar lulusannya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman (future-proof).
"Kurikulum pendidikan tinggi harus dirombak total (revamp) dengan melibatkan pelaku industri dan dunia usaha. Demikian pula dengan model kuliah di universitas yang selama ini mengandalkan tatap muka di kelas harus diubah secara bertahap," kata Suwarto.
"Program magang harus dimasukkan sebagai komponen wajib dalam kurikulum agar lulusan universitas memiliki kemampuan dan keterampilan yang memenuhi harapan dunia usaha," tutupnya.
Simak Video "Usai Sidang Kabinet, Prabowo-Nadiem Kompak Bungkam"
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini