Dari Lokalisasi ke Resos, Kisah Panjang Pengentasan PSK Sunan Kuning

Dari Lokalisasi ke Resos, Kisah Panjang Pengentasan PSK Sunan Kuning

Angling Adhitya Purbaya - detikNews
Jumat, 11 Okt 2019 07:20 WIB
Gapura Resosialisasi Sunan Kuning, Semarang. -- Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Jakarta - Pergantian nama Lokalisasi Argorejo atau Sunan Kuning menjadi Resosialisasi Argorejo sejak 2003 ternyata berdampak pada kehidupan di sana. Setidaknya tiap 3 tahun ada pekerja seks komersial yang mentas dengan modal uang dan keterampilan.

Pengelola Sunan Kuning, Suwandi, mengatakan pada 19 Agustus 1966, Lokalisasi Argorejo dibuka dengan maksud mengumpulkan menjadi satu pekerja seks yang menjajakan diri di berbagai lokasi di Kota Semarang.

"Waktu itu untuk mengumpulkan tempat maksiat di sini. Namanya Lokalisasi Argorejo, tapi karena dekat dengan makam Soen An Ing, masyarakat nyebutnya Sunan Kuning. Yang pegang waktu itu masih Pak Camat," kata Suwandi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kemudian ketika Suwandi menjadi pengelola, ia berusaha membuat lokalisasi menjadi tempat rehabilitasi dengan nama Resosialisasi. Ia pernah menyeminarkan idenya itu di hadapan pengelola lokalisasi beberapa daerah.

"Saya pernah seminarkan soal resosialisasi, tapi sepertinya tidak disosialisasikan," pungkas Suwandi.

Lokalisasi Argorejo pada September 2003 akhirnya berganti nama dengan Resosialisasi Argorejo dan menambahkan kegiatan-kegiatan serta persyaratan agar pekerja bisa keluar dari lembah hitam.

Dengan nama resosialisasi, ada pelatihan yang digelar antara lain memasak, salon kecantikan dan menjahit. Pengajian pun kerap digelar bahkan oleh para kiai yang mendukung pengentasan PSK di sana.

"Pelatihan ada memasak, salon, salon paling suka anak-anak, kalau menjahit tidak terlalu. Para Kiai membantu pengentasan dengan kotbah," jelasnya.


Screening untuk bekerja di Sunan Kuning pun cukup ketat kata Suwandi. Ada beberapa tes yang harus dilalui termasuk HIV/AIDS serta disyaratkan mau menabung. Di Sunan Kuning juga mengkampanyekan penggunaan kondom.

"Di sini screeningnya ketat," tegas Suwandi.

Suwandi menjelaskan setiap 3 tahun terhitung ratusan pekerja sudah mentas dengan uang tabungan berkisar Rp 25 juta sampai Rp 100 juta dengan keterampilan yang didapat dari pelatihan. Seingat Suwandi pada periode 2014-2016 ada sekitar 300 orang keluar dari sana.

"Dari 700-an tinggal 400-an berarti mentas 300-an. Ini cara mengentaskan manusia maksiat ini ke jalan yang baik," ujarnya.

Usaha di resosialisasi itu tidak hanya prostitusi karena ada 176 tempat karaoke, ada juga kemudian warung, salon, butik, laundry, dan lainnya sehingga tidak heran sebelum isu penutupan makin kuat, omzet bisa mencapai Rp 1 miliar semalam.


Suwandi juga menyebut saat ini ada 475 pekerja atau yang ia sebut anak asuh di sana. Yang bekerja untuk prostitusi dari jumlah itu disebut hanya 30 persen, lainnya memilih hanya sebagai pemandu lagu.

"Paling tinggal 30 persen yang prostitusi, di sini itu rata-rata pemandu karaoke. Anak-anak kalau diminta tidur sama nemenin nyanyi mereka lebih milih nemenin nyanyi," tutur Suwandi.

Namun ia mengeluhkan ketika ada kabar penutupan seluruh lokalisasi di Indonesia dari pemerintah pusat, upaya pengentasan menjadi berdampak.

"Ya mulai 2017 itu jadi kacau karena dapat surat resmi tempat prostitusi ditutup di seluruh Indonesia," katanya.


Suwandi sebenarnya menghormati keputusan tersebut meski masih bertanya-tanya soal tali asih yang hanya Rp 5 juta per orang. Rencana penutupan SK sempat mundur dan kini dipastikan tanggal 18 Oktober 2019 akan digelar seremonial penutupan.

"Penutupan 18 Agustus prostitusinya. Tanggal 22 buka lagi karaokenya," ujar Suwandi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads