"Musim kemarau tahun lalu, tepatnya saat bulan Oktober seperti ini, sumber-sumber air masih bisa diambil, tapi tahun ini bisa dibilang agak sulit karena (sumber airnya) mengering," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki saat dihubungi detikcom, Selasa (1/10/2019).
Edy menjelaskan penurunan debit terjadi karena musim kemarau yang lebih panjang dibanding tahun lalu. Menurutnya, sumber air yang mengalami penurunan debit terjadi di Kecamatan Girisubo, Rongkop, dan Karangmojo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan untuk sumber air di Karangmojo sepertinya sudah tidak boleh diambil karena (debit airnya) menipis," sambung Edy.
![]() |
Lanjut Edy, menurunnya debit di sumber air tersebut membuat BPBD kesulitan menyalurkan air bersih ke wilayah terdampak kekeringan tepat waktu. Hal itu karena BPBD terkendala masalah jarak pengambilan air yang membuat biaya operasional membengkak.
"Dan mengambil air di sumber (Pracimantoro) juga harus mengantre, biasanya 1 jam mengantre tapi sekarang bisa lebih dari 1 jam karena banyak mobil tangki yang mengambil air di situ," kata Edy.
Karena itu, untuk menekan biaya operasional dropping air, BPBD mengandalkan bantuan dari pihak swasta. Hal itu karena anggaran dropping air BPBD hanya mampu bertahan hingga awal bulan Oktober.
"Jadi ya sementara ini mengandalkan bantuan dari swasta, karena anggaran kami hanya bisa untuk dropping air sampai awal Oktober ini," katanya.
"Karena kami mengutamakan dropping (air bersih) di tiga kecamatan yang dana untuk dropping airnya sudah habis. Tiga kecamatan itu adalah Purwosari, Tanjungsari, dan Patuk," imbuh Edy.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini