Pengageng Pambudidaya, KPH Kusumo Parasto, mengatakan labuhan ini adalah kegiatan rutin yang digelar setiap tanggal 10 Muharam atau Suro. Dalam upacara ini terdapat empat gunungan yang terdiri dari gunungan padi, gunungan sayur dan buah-buah, serta dua gunungan berisi kain dan pakaian.
"Jenis gunungan itu dipilih karena melambangkan kemakmuran," katanya kepada wartawan di sela-sela upacara Hajad Dalem Labuhan di Pantai Glagah, Selasa (10/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lanjut Kusumo, prosesi labuhan sendiri diawali dengan kirab dari Pesanggarahan Glagah menuju ke Joglo Labuhan yang dipimpin langsung oleh putera Mahkota, BPH Kusuma Bimantoro. Sesampainya di Joglo Labuhan, beberapa gunungan dipasangi pemberat untuk selanjutnya dilarung ke laut oleh petugas khusus dengan cara berenang.
"Sedangkan untuk gunungan hasil bumi dan sayuran akan diperebutkan masyarakat," katanya.
![]() |
Gunungan yang berisi hasil bumi dan sayuran sebagai perlambang keberkahan. Karena itu usai prosesi melarung gunungan ke laut, warga mulai saling berebut isi dari dua gunungan tersebut.
![]() |
Terkait makna upacara labuhan sendiri, Kusumo menyebutnya sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan atas limpahan rezeki yang telah diberikan kepada masyarakat. Selain itu, upacara tersebut juga untuk memohon kepada Tuhan agar masyarakat dan Kadipaten Puro Pakualaman senantiasa diberi keselamatan.
"Untuk makna tradisi ini adalah permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk diberikan keselamatan kepada masyarakat dan Kadipaten. Selain itu, upacara ini juga untuk melestarikan tradisi," ucap Kusumo. (skm/skm)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini