"Prosesnya masih pendataan. Dibuatkan rekening Bank Jateng. Baru terdaftar 403 orang dari total 455 orang. Itu karena ada yang pulang kampung," kata Pengelola atau pembina SK, Suwandi kepada detikcom, Selasa (14/8/2019).
Suwandi mengatakan pihak Bank Jateng jemput bola untuk pembuatan rekening ini. Rekening itu dibuat untuk pekerja yang sering disebut "anak asuh" oleh Suwandi menerima tali asih. Dari pembicaraan dengan Pemkot Semarang, akan ada tali asih total Rp 10,5 juta per orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum langsung cair. Waktu rapat awal diberitahu akan ada Rp 10,5 juta," tandasnya.
Dengan jumlah tersebut, masih ada anak asuh yang merasa belum cukup. Jika ada yang berkeinginan diberi tali asih Rp 50 juta hingga Rp 100 juta itu menurut Suwandi adalah hal yang wajar. Namun keinginan itu, disebut Suwandi sebagai keinginan pribadi mereka.
"Kalau sejumlah itu keinginan pribadi. Mereka nabung sampai Rp 25 juta, kemudian Rp 50 juta dan bisa mentas dari sini," ujarnya.
Keinginan soal tali asih dari para anak asuh memang beragam, mulai dari soal uang lebih, ada juga yang minta diberi kios untuk berjualan karena jika SK ditutup otomatis mata pencaharian hilang.
Untuk diketahui, SK berada di kawasan Kelurahan Kalibanteng, Semarang Barat itu berdiri 19 Agustus 1966 sebagai lokalisasi. Sejak Suwandi jadi pembina tahun lalu sebenarnya Lokalisasi SK sudah berganti nama menjadi Resosialisasi Argorejo.
Berbagai pelatihan dibuat agar para penghuninya bisa mentas dari sana. Kemudian ada rencana pemerintah pusat untuk menutup semua lokalisasi tahun ini. Sehingga SK menjadi salah satu yang akan ditutup. (alg/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini