"Saya sangat menyayangkan (adanya razia buku berpaham Marxisme), yang namanya ilmu itu tetap ilmu, silakan orang mempelajari," kata Yudian kepada wartawan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (5/8/2019).
Yudian menjelaskan, orang yang membaca buku Marxisme bukan berarti yang bersangkutan mengamini teori Karl Marx. Kadang kala orang yang membaca buku Marxisme karena ingin mengetahui kekurangan teori tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coba sekarang bagaimana kalau ada yang ingin mengalahkan (teori) Karl Marx, (tapi) enggak tahu maksudnya Karl Marx, kan lucu, diketawain... Biar saja (Marxisme) dipelajari, nanti dicari relevansinya, dilihat lagi," ungkapnya.
Sementara razia terhadap buku Marxisme, disebut Yudian sebagai tindakan sia-sia. Lantaran teori Marxisme dan pandangan-pandangan Karl Marx tersebar di jejaring internet dan semua kalangan bisa mengaksesnya.
"Jadi ini sangat disayangkan (adanya razia buku Marxisme). Orang silakan baca buku Karl Marx, itu dibuka di internet gampang kok sekarang. Syukur-syukur dia mau beli, wong dia mau nyari di internet ketemu gratis kok," sebutnya.
Agar kasus razia tak terulang, Yudian berharap ada tindakan tegas dari aparat. "Kita kan dijamin oleh konstitusi, jadi perhatikan hal-hal yang dijamin oleh konstitusi... Dan pemikiran itu biasa saja saling mempengaruhi ya," paparnya.
Seperti diketahui, sekelompok orang melakukan sweeping terhadap buku yang dipajang di Gramedia Makassar. Mereka melarang buku-buku Marxisme dipajang di salah satu toko buku ternama di Indonesia tersebut. (ush/sip)











































