Awalnya penggunaan SKD diduga menjadi penyebab banyaknya populasi pendaftar yang tinggal di sekitar sekolah. Seperti di sejumlah SMA yang dianggap favorit di Solo, kuota sudah terpenuhi oleh pendaftar dari jarak sekitar 1 km.
Seperti terlihat pada situs PPDB Jateng, pendaftar SMAN 1 memiliki jarak terjauh 1,6 km, SMAN 4 jarak terjauhnya 1,3 km, kemudian SMAN 7 jarak terjauhnya 1,1 km. Dugaannya, para pendaftar memakai SKD agar diterima di sekolah terkait.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua PPDB SMAN 4 Surakarta, Nanang Inwanto, mengatakan pihaknya telah menyeleksi berkas pendaftaran. Dia mencatat hanya ada 20 pendaftar yang menggunakan SKD.
"Jumlahnya hanya sedikit, yaitu 20 pendaftar dari 991 orang yang melakukan verifikasi berkas di SMAN 4," kata Nanang saat ditemui detikcom di kantornya, Rabu (3/7/2019).
Jumlah 20 orang itu pun tidak seluruhnya diterima di SMAN 4 karena domisilinya tidak cukup dekat dengan sekolah. Antara lain ada 4 pendaftar dari beberapa kelurahan di Kecamatan Colomadu, Karanganyar dan 1 pendaftar dari Kelurahan Tipes, Solo.
"Tidak semua yang pakai SKD pasti lolos. Dan semua SKD sudah kita verifikasi faktual, kita cek langsung ke rumahnya. Artinya tuduhan SKD palsu itu sulit dibuktikan," ujar dia.
Sementara Ketua PPDB SMAN 7 Surakarta, Reni Ernawati, mengatakan di sekolahnya hanya ada 16 pendaftar dengan SKD. Sedangkan jumlah peserta yang melakukan verifikasi di SMAN 7 ada 758 orang.
Seperti di SMAN 4, jumlah 16 pendaftar SMAN 7 itu tidak seluruhnya diterima. Hanya 6 peserta ber-SKD yang masuk dalam kuota zonasi.
"Jumlahnya sangat kecil yang pakai SKD, kebanyakan pakai kartu keluarga (KK). Dan semuanya sudah kami verifikasi langsung ke rumah," pungkasnya.
(bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini