Salah satu orang tua peserta PPDB, Bambang Saptono, mendaftarkan anaknya di SMAN 4 Surakarta. SMA itu merupakan sekolah terdekat dari rumahnya, yakni berjarak sekitar 2,5 km.
"Sekarang sudah terlempar dari SMAN 4, dapatnya SMA di Colomadu, Karanganyar yang jaraknya 8 km. Katanya zonasi itu mendekatkan sekolah, tapi kok dapatnya sekolah yang jauh," kata Bambang, Selasa (2/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pendaftar SMA di Solo saat ini dipenuhi orang-orang yang tinggal dalam satu kelurahan dengan SMA tersebut. Dia menduga banyak peserta yang memanfaatkan SKD agar bisa diterima di SMA pilihannya.
"Mana mungkin ada ratusan orang pendaftar yang tinggal dalam satu kelurahan dari sekolah. Saya menduga mereka pakai SKD abal-abal," katanya.
Dalam situs PPDB Online Jateng, memang benar kondisi itu terjadi, terutama pada sekolah yang dianggap favorit, misalnya SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4 dan SMAN 7.
Sampai sore ini, pendaftar masuk SMAN 7 berjarak terjauh 1,2 km, SMAN 4 berjarak terjauh 1,3 km, SMAN 3 berjarak terjauh 1,5 km dan SMAN 1 berjarak terjauh 1,6 km. Rata-rata sekolahan memiliki kapasitas 200-an siswa.
"Saya sudah lapor ke BP2MK (Balai Pengendali Pendidikan Menengah dan Khusus), katanya sudah diverifikasi oleh sekolah. Padahal bisa saja sudah kerja sama dengan RT atau RW agar diloloskan," katanya.
Sementara itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Surakarta sekaligus Kepala SMAN 4 Surakarta, Agung Wijayanto mengaku belum mendapati temuan penyalahgunaan SKD. Timnya pun telah diterjunkan untuk memverifikasi lapangan.
"Sampai saat ini belum ada temuan. Kami juga sudah menerjunkan tim untuk memverifikasi langsung, tidak hanya ke kelurahan tapi ke warga sekitar mencari tahu apakah benar yang bersangkutan tinggal di tempat tersebut," katanya.
Simak Juga 'Meski Tuai Pro-Kontra, Perpres PPDB Sistem Zonasi Segera Dikukuhkan':
(bai/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini