Pengusaha Keberatan Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor karena Alasan Ini

Pengusaha Keberatan Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor karena Alasan Ini

Usman Hadi - detikNews
Senin, 10 Jun 2019 15:51 WIB
Suasana Jalan Malioboro, Yogyakarta. Foto: Usman Hadi/detikcom
Yogyakarta - Pengusaha menyatakan keberatan atas rencana sterilisasi kendaraan bermotor di Jalan Malioboro Yogyakarta. Ada beberapa alasan di balik penolakan itu.

"Ya nggak mungkin (bongkar-muat barang malam hari) Pak. Apakah para pengusaha itu mau bayar untuk karyawan, nggak mungkin Pak. Jadi itu mempersulit kami sendiri," ujar Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Malioboro-Ahmad Yani (PPMAY), Sadana Mulyono kepada wartawan, Senin (10/6/2019).

Selain soal bongkar muat barang dagangan, Sadana juga bicara soal mobilitas pemilik toko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami dibuat untuk dipersulit. Sedangkan kalau misalnya orang yang tinggal di toko-toko itu tidak boleh menggunakan kendaraan. Terus kemudian harus jalan, terus orang tua bagaimana?," lanjutnya.


Sadana juga menjelaskan soal risiko sepi pembeli jika rencana itu direalisasikan. Salah satu penyebabnya yakni kantong parkir yang menurutnya masih terlalu jauh dari pertokoan.

"Bayangkan kalau misalnya parkir di Abu Bakar Ali, kemudian mau belanja di Toko Ramai atau di Ramayana itu bagaimana? Mereka mesti jalan? Orang nggak mau to," kata Sadana.

Menurut Sadana, jika wacana Malioboro bebas kendaraan direalisasikan maka diprediksi masyarakat akan kebingungan saat berkunjung ke Malioboro. Sementara di sisi lain tempat parkir di kawasan Pedestrian Malioboro juga belum memadai.


"Wong pemerintah saja belum membentuk suatu fasilitas untuk parkir yang memadai kok sekarang sudah mau diterapkan (diuji coba), itu bagaimana? Kan nggak masuk di akal. Infrastruktur perparkiran itu dipenuhi dulu," ungkapnya.

Selain persoalan tempat parkir, lanjut Sadana, pemerintah juga harus memikirkan fasilitas transportasi yang bisa diakses di Pedestrian Malioboro. Termasuk memikirkan aspek kenyamanan dan kebersihan fasilitas transportasi tersebut.

"Terus (rencananya) difasilitasi oleh andong. Lha andong itu sudah dipikirkan belum tentang kebersihannya oleh pemerintah? Kalau kudanya itu berak di tengah jalan bagaimana? Kan (pemandangannya) jadi rusak," tuturnya.


Sadana membenarkan pemerintah sudah beberapa kali mengumpulkan para pedagang termasuk pengusaha yang tergabung di PPMAY. "Kami sedang negosiasi dengan Dinas Pariwisata. Jadi ini (wacana Malioboro bebas kendaraan) belum final," katanya.

Meski keberatan dengan wacana tersebut, namun PPMAY mempersilakan apabila pemerintah melakukan uji coba. Pemerintah sendiri berencana melakukan uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor mulai 18 Juni 2019.

"Pemerintah ingin, bersikukuh uji coba ya nggak masalah, dalam tiga hari ini diuji coba dulu nggak masalah, dibuktikan. Baru nanti pasti akan menimbulkan reaksi bagaimana, kita akan berkumpul beserta teman-teman mengevaluasinya," tutupnya.

Bicara soal bongkar muat, Sekda DIY Gatot Saptadi mengaku belum memiliki ketentuan pasti. Namun pihaknya berjanji akan segera mengaturnya. "Nanti kita atur," paparnya. (ush/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads