AM (14) tidak masuk sekolah sekitar 15 hari sejak pada Rabu (16/1/2019) lalu. tersebut, dirinya enggan masuk sekolah. Kondisi korban saat in sudah hampir pulih. Ia hanya sesekali merasakan sesak nafas di dada, perut dan kepala pusing.
"Saya masih takut untuk sekolah. Takut ketemu," kata AM kepada detikcom sata ditemui di rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Bupati Pekalongan, Arini Harimurti saat mengunjung keluarga korban merasa prihatin atas musibah yang menimpa siswa tersebut. Ia berharap agar tetap melanjutkan sekolah demi masa depannya. Ia berjanji akan memfasilitasi dalam penyelesaian kasus tersebut.
"Kami berharap kejadian serupa tidak terulang, yang utama adalah masa depan korban," katanya.
Suyati (42) ibu korban mengatakan anaknya diakui memang sudah tidak ingin lagi masuk sekolah. Dirinya bersama suaminya yakni Kasirun (45) bisa memakluminya.
"Kita sudah berpikir dari pada di sekolah ketemu dengan mereka (para pelaku) lagi, kita akan pindah sekolah. Belum tau mau kemana," kata Suyati.
Keingian keluarga korban ini dimaklumi oleh Wakil Bupati Pekalongan.
"Terkait niat korban ingin pindah sekolah akan kami bicarakan agar menemui jalan terbaik," kata Arini.
Arini menambahkan pihaknya akan terus mengawasi kasus ini serta ada jalan keluar yang baik, tidak merugikan aspek pendidikan baik korban maupun pelakunya.
Secara terpisah psikolog yang juga Dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang, Rini Sugiyarti korban peristiwa traumatis harus segera mendapatkan penanganan dan pendampingan secara intensif.
"Korban merasakan kondisi unsafe atau kondisi tidak nyaman. Jika dibiarkan akan rentan terkena gangguan psikis, karena mudah mengingat kembali perlakuan tidak menyenangkan tersebut," kata nya.
Rini berharap korban kekerasan ini dilakukan pendampingan yang terus menerus dan menjalani treatment trauma healing, agar dampaknya tidak berkepanjangan. Sakit yang dialami korban tidaklah sakit secara fisik saja, namun terdapat cidera psikis.
"Nah kalau luka fisik bisa terlihat dan langsung diobati. Kalau psikis kasat mata, penyembuhan trauma pun harus terus didukung oleh semua pihak," katanya.
Dijelaskan Rini bila dikaji dari penyebabnya karena saling ejek di media sosial seperti facebook. Ia menyimpulkan media sosial berdampak kurang bagus baik bagi perilaku siswa.
"Pihak sekolah, keluarga dan lingkungan harus terus melakukan pendampingan dan pengarahan baik terhadap pelaku ataupun korban," tambahnya.
Rini menambahkan, baik pelaku maupun korban, kedua-duanya harus dilakukan pendampingan. Pendampingan harus terus dilakukan terutama dari pihak keluarga dan sekolah.











































