Gunungkidul Cegah Pemandu Jalan Liar di Jalur Wisata

Gunungkidul Cegah Pemandu Jalan Liar di Jalur Wisata

Pradito Rida Pertana - detikNews
Jumat, 21 Des 2018 17:24 WIB
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Gunungkidul - Keberadaan para pemandu jalan liar di jalur-jalur wisata Gunungkidul saat ini terbilang banyak. Bahkan beberapa dari mereka yang menyaru sebagai pemandu jalan dengan tujuan mendapat uang tips dari wisatawan. Namun, dalam praktiknya mereka malah mengarahkan wisatawan ke jalur atau jalan yang tidak jelas.

Hal itu sering dikeluhkan para wisatawan selama ini. Keberadaan mereka sering meminta uang jasa yang tinggi termasuk pungutan liar (pungli) dan berpotensi membuat wisatawan kapok untuk mengunjungi Gunungkidul.

Saat libur Nataru, Tim Saber Pungli akan dilibatkan guna mencegah praktik pungli kepada wisatawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapolres Gunungkidul, AKBP Ahmad Fuady mengatakan, selain keberadaan mereka dirasakan semakin banyak, saat libur Nataru kerap ditemukan tarif parkir yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Karena itu, ia akan menyiagakan Tim Saber Pungli apabila menerima laporan terkait adanya praktik pungli.

"Tim Saber Pungli akan diterjunkan (saat libur Nataru) untuk antisipasi yang biasanya mengarahkan wisatawan ke jalan-jalan 'tikus' itu. Juga untuk antisipasi kenaikan tarif parkir yang tidak wajar di tempat wisata," katanya kepada wartawan, Jumat (21/12/2018).

Menurut Fuady, hal itu perlu diantisipasi mengingat dalam praktiknya, mereka menyaru sebagai pemandu jalan yang terkadang meminta uang jasa kepada wisatawan. Padahal, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul telah memasang rambu penunjuk jalan ke tempat-tempat wisata.

"Kebanyakan mereka itu kan warga sekitar ya, jadi saya sarankan ke Pemerintah (Pemkab) Gunungkidul untuk mengarahkan kepala desa supaya meminimalisir keberadaan Pak Ogah di jalur-jalur wisata," ucapnya.

Terpisah, Bupati Gunungkidul, Badingah menjelaskan keberadaan Pak Ogah yang mengarahkan wisatawan ke jalan 'tikus' sangat disesalkan. Karena itu, Badingah telah melakukan koordinasi dengan kepala desa, khususnya yang memiliki tempat wisata agar menyadarkan masyarakat yang berprofesi sebagai Pak Ogah.

"Koordinasi sudah kita lakukan dengan para kepala desa, karena keberadaan Pak Ogah itu sifatnya personal. Jadi perlu pendekatan personal juga untuk menyadarkannya, seperti dibilangin kalau terus-terusan gitu bisa mematikan tempat wisata di daerah mereka juga," katanya. (bgs/bgs)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads