Untuk keperluan sehari-hari, warga bergantung pada bantuan air bersih dan memanfaatkan air sungai. Sumur-sumur warga mulai mengering sejak 3 bulan lalu.
Panut (38), warga RT 1 Ngrancah, Sriharjo, Imogiri, Bantul mengatakan sumur warga telah kering sejak beberapa bulan yang lalu di wilayah RT 1 dan 2. Sedangkan beberapa RT lain debit air sumur juga menyusut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya mungkin karena pengaruh musim ini (kemarau) dan banyak sungai-sungai kering," imbuhnya.
Saat ini, ia bersama warga sekitar bergantung pada bantuan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Namun karena bantuan air tidak datang setiap hari, membuat Panut dan warga RT 1 Ngrancah terpaksa membeli air bersih secara mandiri atau patungan.
"Dari Tagana itu biasanya kasih satu tanki air bersih isi 5 ribu liter, tapi minggu lalu tumben kasih 4 tanki (air bersih). Segitu (4 tanki air bersih) itu paling untuk 3 hari saja. Setelah itu ya beli lagi," ujarnya.
"Kalau beli biasanya Rp 200 ribu pertangki yang isi 9.000 liter tiga kali, karena kan untuk 11 rumah. Tapi biar lebih murah, sekarang saya pinjam atau nyewa truk teman untuk ngambil air, karena kalau ngambil sendiri Rp 100 ribu per tanki yang isi 9.000 liter," imbuhnya.
Menurutnya air bersih tersebut ditaruh dalam sebuah bak berbentuk persegi panjang dari bahan terpal. Agar 11 Kepala Keluarga (KK) yang membutuhkan dapat mengambil air bersih sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya masing-masing.
"Kalau datang air itu (3 Tanki) paling sejam sudah habis (yang di dalam bak terpal). Biasanya (air bersih) untuk minum dan masak, kalau mencuci dan mandi kadang ke Sungai untuk mengirit air, tapi ya tetap saja 3 hari sudah habis dan harus cari lagi," ujarnya.
Diungkapkannya, bahwa warga sekitar pernah memperdalam sumur, namun hasilnya air yang berada di sumur berwarna kuning dan berbau layaknya besi yang terendam air. Karena itu warga lebih memilih untuk mandi dan mencuci di sungai karena airnya tidak berbau besi meski kadang berwarna kuning.
Senada dengan Panut, Tri Yulianti (38), warga RT 1 Ngrancah, Sriharjo, Imogiri mengatakan dalam sehari ia bisa mengambil puluhan ember air ukuran sedang untuk keperluan sehari-hari. Mengingat anggota keluarganya berjumlah 4 orang.
"Sekeluarga ada 4 orang, jadi kalau mandi habis 4 ember air dan itu belum untuk masak dan lain-lain. Ya sehari itu bisa habis banyak air kalau dihitung-hitung," katanya.
"Padahal kalau mencuci sudah di Sungai. Ya gimana lagi, kalau semuanya pakai air bersih malah boros dan cepat habis nanti (air bersihnya)," ujarnya.
Ditambahkannya, dengan mengeringnya sumur membuat ia dan keluarganya kadang terganjal dalam melakukan aktivitas sehari-hati. Terlebih jika dalam keadaan genting air bersih yang dimiliki habis dan memerlukan waktu untuk mendapatkannya.
Terpisah, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Edy Susanto membenarkan bahwa di daerah Ngrancah kesulitan air bersih karena sumur warga mengalami kekeringan. Kendati demikian, pihaknya telah melakukan droping ke daerah tersebut.
"Ngrancah sebenarnya baru (Untuk droping air), itu sumurnya kering karena permukaan air sungainya turun," katanya saat ditemui di Kantor BPBD Kabupaten Bantul.
"Kami juga sudah empat kali droping ke sana (Ngrancah) dalam bulan ini. Memang berkala (Dropingnya) karena semua harus kebagian air bersih," lanjutnya.
Karenanya, guna mengantisipasi kekeringan di beberapa Kecamatan, pihaknya menghimbau masyarakat agar langsung mengajukan permintaan dropping air jika mengalami kekeringan.
"Kalau dua bulan ini yang sering minta droping (Air) seperti daerah Dlingo, Muntuk, Wukirsari dan Sriharjo. Jadi yang butuh bisa langsung ajukan (droping air bersih ke BPBD)," katanya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini